"Kesedihan Aryo Setelah Ibunya Meninggal"

BANDARLAMPUNG, katalampung.com - Aryo, bocah yang diperkirakan berusia 10 tahun, sangat merindukan ibunya. Sebegitu rindu terhadap sosok seorang ibu, setiap malam Aryo selalu menulis surat untuk ibunya yang sudah meninggal. Bocah yang masih lugu itu berharap surat yang dia tulis bisa dibaca oleh ibu yang sangat dicintainya.

"Kesedihan Aryo Setelah Ibunya Meninggal"
Foto katalampung.com Teater Tertutup Taman Budaya tempat pemutaran film pendek "A Letter For Mommy"
Ibunda Aryo sendiri meninggal akibat ODHA. Sepeninggal ibunya, Aryo hidup bersama ayahnya. Belum lagi respon tetangga dan teman-teman Aryo yang mengucilkan dirinya karena ibunya seorang pengidap HIV/AIDS. Sedangkan Ranu, ayah Aryo, pun mengalami rasa kehilangan yang tidak kalah perih. "Ternyata jadi kamu itu nggak gampang," gumam Ranu dalam hatinya disaat harus mengurusi semua keperluan Aryo dan menjadi teman satu-satunya dalam menjalani hidup.

Kisah tersebut adalah sepenggal cerita dari film pendek dengan salah satu pemainnya adalah Chiko Jerico. Film yang berjudul "A Letter For Mommy" itu diputar di Teater Tertutup Taman Budaya, Bandarlampung (10/09). Penonton pun tampak antusias menyaksikan film tersebut meskipun harus berdesakan di dalam teater tanpa alat pendingin udara tersebut.

Salah satu penonton, yang ditemui Katalampung.com di lokasi pemutaran film mengatakan dirinya sangat puas meskipun durasi film hanya 30 menit. "Bagus filmnya. Apalagi lihat anak kecil ditinggal ibunya. Tadi nonton hampir nangis," ujar Rahmi yang datang bersama teman-temannya.

Film "A Letter For Mommy" sendiri disutradarai oleh Aji Aditya dengan Produser Iin Mukmainah. Film tersebut mengambil lokasi shooting di Pulau Pahawang, Pesawaran. Dalam film tersebut sesungguhnya memberikan pesan moral bahwa virus HIV/AIDS selain sangat berbahaya juga sangat berdampak secara psikologis bagi keluarga yang ditinggalkan. (nai)
Diberdayakan oleh Blogger.