Perbedaan Saham Blue Chip dan Saham Gorengan

BANDARLAMPUNG, katalampung.com - Setiap investor tentu menginginkan keuntungan yang besar atas investasinya, tak terkecuali bagi investor dibidang pasar modal atau saham. Selain mengharapkan keuntungan yang besar, mereka juga mengharapkan tingkat pengembalian yang cepat.

Perbedaan Saham Blue Chip dan Saham Gorengan
Foto Ilustrasi Pixabay
Alhasil, jika tidak cermat maka banyak investor saham akan gagal. Hal tersebut sering dijumpai khususnya investor pemula karena salah memilih saham.

Untuk menghindari kerugian dibisnis ini, Analis Pasar Modal yang juga Kepala Marketing Indopremier Area Sumatra, Indra Perdana memberikan tips dan saran.

"Pada tahap awal, hal yang harus dipahami yaitu memilih jenis saham yang akan dibeli. Setidaknya ada tiga tipe saham yang harus dipahami. Pertama saham first liner (Blue Chip), kedua saham second liner, dan ketiga saham third liner (gorengan/olahan)," kata Indra.

Menurut Indra Perdana, First Liner adalah saham dengan market kapitalisasi lebih dari 50 trilyun rupiah. Karakteristik dari saham First Liner antara lain: Nama perusahaan terkenal luas, Produk-produknya sering dipakai masyarakat, Masuk kategori perusahaan yg aman untuk di transaksikan. Contoh saham yang masuk dalam klasifikasi ini adalah UNVR, BBCA, ASII dan TLKM.

Untuk klasifikasi Second Liner, Indra mengatakan karakteristiknya terdiri dari: perusahaan dengan market kapitalisasi 10 - 50 trilyuh rupiah, nama perusahaan kurang dikenal publik, Produknya kurang familiar dimasyarakat dan biasanya ratio return yang dihasilkan lebih besar dibanding perusahaan sejenis di first liner. Selain itu, daya jual produk beresiko kalah saing dengan perusahaan di first liner. Contohnya adalah: KINO, ACES, AISA.

Sedangkan saham dengan klasifikasi Third Liner atau gorengan adalah saham dengan market kapitalisasi lebih kecil dari 10 trilyun rupiah. (Meski tak selalu menjadi saham gorengan, namun istilah ini sering dilekatkan karena keidentikkan dan kemiripannya).

Ciri-ciri saham gorengan menurut Indra adalah perusahaan yg sedang berkembang, namun karena market cap-nya kecil (contoh TAXI, market cap 200 Milyar) beresiko di manipulasi oleh sekelompok spekulan.

Saham gorengan bisa dicermati dari market cap kecil atau kurang dari 5 trilyun, pergerakan harga saham naik tinggi saat transaksi bisa mencapai 10-20% perhari. Memiliki ciri high risk - high return, padahal untung yg besar menimbulkan resiko yg besar pula. Karena bisa naik signifikan dalam 1 hari, maka saham gorengan juga bisa turun 10-20% pada hari yang sama.

Oleh karena itu Indra menyarankan investor retail saham yang baru untuk hendaknya sangat dihindari hal tersebut. "Jangan greedy (rakus), ingat prinsip utama investasi High Risk, High Return," Ujarnya. (gsi)
Diberdayakan oleh Blogger.