Terobosan Mengatasi Kesenjangan Sosial Ekonomi

BANDARLAMPUNG, katalampung.com - Jika kita membaca salah satu artikel yang dimuat disalah satu media dengan judul "Kejar Pertumbuhan Inklusif" pada Januari 2017, dan dimatangkan kembali dari Term Of Reference (TOR) dari ISEI Pusat disebutkan angka kesenjangan ekonomi Indonesia yang diukur dari gini ratio memang sedikit membaik dari 0,41 menjadi 0,397 dalam dua tahun terakhir, namun masih memprihatinkan. Global Wealth Report 2016 yang dirilis Credit Suisse Research Institute menyoroti masalah tersebut, dengan menyatakan bahwa Indonesia menjadi negara dengan distribusi kekayaan paling senjang keempat di dunia, meski kekayaan rumah tangga di Tanah Air tumbuh sekitar 6,4% pada 2016, menjadi US$ 1,8 trilyun. Indonesia hanya lebih baik dari Rusia yang 1% orang kaya-nya menguasai 74,5% total kekayaan rumah tangga, India (58,4%) dan Thailand (58%).

Terobosan Mengatasi Kesenjangan Sosial Ekonomi
Foto: Dr. Ayi Ahadiat, S.E., M.B.A (Ketua Umum ISEI Lampung/ Akademisi FEB Unila)

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum ISEI Lampung Dr. Ayi Ahadiat, S.E., M.B.A., saat menjabarkan tema Seminar Nasional dan Sidang Pleno ISEI XIXTerobosan Mengatasi Kesenjangan Sosial Ekonomi” kepada katalampung.com, Kamis (28/09).  “Jumlah pengangguran terbuka masih 7,03 juta orang per Agustus atau 5,61%  dari total angkatan kerja. Angka ini tidak banyak berubah dibanding dua tahun sebelumnya atau sekitar 7,24 juta orang (5,94%),” ujar Ayi



Menurutnya, pemerintah harus mengoptimalkan kesempatan untuk membenahi masalah besar bangsa ini, dengan mengejar pertumbuhan ekonomi inklusif. Pertumbuhan itu bukan hanya fokus mengejar angka pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, tapi harus mewujudkan pertumbuhan berkualitas yang menciptkan pemerataan pendapatan, pengentasan masyarakat dari kemiskinan, dan membuka kesempatan kerja luas. Apalagi dari sisi angka pertumbuhan ekonomi, Indonesia masih bisa meraih setidaknya 5%, terbaik ketiga diantara negara G20 atau 20 negara dengan ekonomi terbesar dunia.

“Selain kesenjangan ekonomi antara masyarakat miskin dan kaya, Indonesia juga masih menghadapi kesenjangan pendapatan antarwilayah. Keberpihakan pemerintah untuk mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal dan terpencil perlu terus ditingkatkan agar wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh dan berkembang,” kata Ayi Ahadiat

Untuk mengurangi kesenjangan ekonomi secara siginfikan, Dr. Ayi Ahadiat menyatakan, pemerintah harus segera melakukan lima langkah penting.

Pertama, pemerintah harus konsisten memperkuat infrastruktur dasar yang terintegerasi.

Kedua, pemerintah harus gencar meningkatkan financial inclusion terutama ke pelaku sektor usaha kecil dan pertanian, yang sampai sekarang belum memiliki akses memadai ke sumber permodalan (perbankan).

Ketiga, pemerintah harus menggencarkan revitalisasi industri, terutama industri manufaktur yang berbasis sumber daya lokal dan menyerap banyak tenaga kerja.

Keempat, pemerintah harus secara serius mempromosikan produk-produk industri maupun pariwisata kita di seluruh dunia, terutama dengan mengoptimalkan peran kedutaan besar.

Kelima, pemerintah harus memberi insentif yang menarik dan memperbesar peluang tumbuhnya industri kreatif berbasis teknologi informasi di Tanah Air.

Sementara itu, guna mencapai sasaran pengurangan ketimpangan pembangunan antar wilayah, menurut Dr. Ayi Ahadiat, diperlukan sejumlah arah kebijakan. Arah kebijakan itu antara lain: mendorong percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah baru dan strategis, meningkatkan keberpihakan pemerintah untuk mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal dan terpencil serta mengembangkan wilayah-wilayah perbatasan dan pulau terluar dan menyeimbangkan pertumbuhan pembangunan antar kota-kota metropolitan, besar, menengah dan kecil secara hirarkis dalam suatu sistem pembangunan perkotaan nasional.(gsu)
Diberdayakan oleh Blogger.