Singgah Pay Kaos Lampung Angkat Kearifan Lokal Lampung

BANDARLAMPUNG, katalampung.com - Dewasa ini, perkembangan usaha dalam bidang kerajinan tangan seperti  Tapis, Batik, Sulam Usus serta Kaos Lokal Lampung sangatlah menjanjikan. Hal itu terbukti dengan banyaknya permintaan dari pasar lokal, nasional hingga internasional.

Singgah Pay Kaos Lampung Angkat Kearifan Lokal Lampung
Singgah Pay Kaos Lampung

SINGGAH PAY KAOS LAMPUNG sebagai salah satu pemain usaha di bidang konveksi tercatat telah memiliki kurang enam outlet yang tersebar di Kota Bandarlampung. Menurut Ipal (45) selaku anak dari perintis usaha ini, usaha yang dibangun orang tuanya itu sudah berlangsung selama 26 tahun.

Ipal menjelaskan, saat ini Singgah Pay menggarap beberapa bidang kegiatan pengrajian seperti Tapis, Sulam Usus, Batik serta Kaos Lampung yang mengangkat kebudayaan lokal serta kearifan lokal Lampung.

Singgah Pay Kaos Lampung Angkat Kearifan Lokal Lampung
Ipal, pemilik Singgah Pay Kaos Lampung

“Dalam proses kegiatan usaha, Singgah Pay memiliki 600 orang pengrajin terdidik yang dapat membuat beberapa jenis produk Singgah Pay itu sendiri” ujar Ipal.
 
Usaha ini pun sempat merambah pasar internasional seperti Malaysia dan Brunai Darusalam. Akan tetapi dalam perjalannya, untuk kegiatan ekspor mengalami kendala dalam hal pembayaran yang mengakibatkan Singgah Pay tidak melanjutkan kegiatan ekspor kerajianan.

Ditambahkan Ipal, bahan baku yang pembuatan produk Singgah Pay didapat dari luar kota sepetri Solo, Cirebon dan Yogyakarta. Sedangkan untuk bahan benang emas dan sutra di impor dari luar negeri seperti Singapura dan Malaysia.

Terkait harga, Singgah Pay memiliki ketentuan harga sendiri tergantung jenis bahan serta tingkat kesulitan dalam pembuatannya. "Ada yang mulai dari harga puluhan ribu sampai puluhan juta rupiah," ungkapnya.
 
Singgah Pay Kaos Lampung Angkat Kearifan Lokal Lampung
Produk yang dijual di Singgah Pay

Dalam kegiatan penjualannya, untuk jenis Kaos Lampung, Singgah Pay bisa menjual sampai 1000-3000 pcs per bulan. Sedangakan untuk Tapis, tercatat 500 pcs per bulan. Batik 200 pcs per bulan dan sulam usus 100 pcs per bulan.

Meskipun usahanya sudah dalam keadaan stabil, Ipal mengaku masih mengharapkan uluran tangan pemerintah. "Pemerintah tidak mendorong untuk bisa membesarkan kegiatan usaha pengrajinan prodak lokal," tutupnya.(sudi)
Diberdayakan oleh Blogger.