Yunus Triyonggo: Presiden Jokowi Canangkan 2019 Sebagai “The Year Of Human Capital”

BANDARLAMPUNG, KATALAMPUNG.COM - Ketua Umum Indonesia Human Resources Institute (IndHRI) Yunus Triyonggo, PhD., CAHRI., menyatakan, Presiden Jokowi telah menegaskan tahun 2019 adalah “The Year of Human Capital”. Pernyataan itu, kata Yunus Triyonggo, disampaikan Presiden Jokowi pada saat menyerahkan ribuan sertifikat kompetensi pemagangan di depan peserta pemagangan yang sudah tersertifikasi di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK), Bekasi Jawa Barat, Rabu (27/12/2017). 


Yunus Triyonggo: Presiden Jokowi Canangkan 2019 Sebagai “The Year Of Human Capital”


Menurut Yunus Triyonggo, Presiden mengungkapkan tahun ini (2018) dirinya akan mengurangi proyek-proyek infrastruktur. Sedangkan untuk tahun 2019, Presiden akan fokus pada Sumber Daya Manusia (SDM).

“Makanya sekarang Kementerian Perindustrian, Kementerian Ristekdikti, Kemendikbud dan Kemenaker itu ditunggu programnya untuk menyambut The Year of Human Capital tahun 2019,” ujar Yunus Triyonggo pada saat Diskusi Kupas Tuntas “Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia di Ruang Sidang Lt. 2 Rektorat Universitas Lampung, Sabtu, 24 Februari 2018.

Bahkan saat ini, kementerian-kementarian telah mempersiapkan untuk menyambut tahun 2019. Seperti, Kementerian Ketenenagakerjaan (Kemenaker) tahun 2018 menargetkan sekitar 400.000 tenaga kerja yang berkompeten baik oleh BLK, LPK Swasta maupun perusahaan-perusahaan yang menjadi host pemagangan nasional. Di tahun 2019, ditarget sebesar 1,4 juta tenaga kerja kompeten.

“Itulah target-target bombastis yang ingin dicapai. Karena perkembangan industri yang dikatakan sebagai Revolusi Industri 4.0 sudah terjadi saat ini,” kata Yunus.

Menurutnya, sebentar lagi era electric car akan memasuki Indonesia. Pada kondisi ini operator-operator otomotif konvensional akan dihadapkan pada kompetensi atau keterampilan yang berbeda dengan operator pada masa electric car.

“Jangankan pabrik yang memproduksi otomotif, bengkel-bengkel yang masih berbasis kepada conventional car juga akan tutup. Misalnya seperti Wartel, itu adalah contoh di depan mata yang dulu booming kemudian hilang,” jelas Yunus.

Dirinya juga mencontohkan industri kamera, seperti Kodak dan Fujifilm yang hilang karena kalah dalam menghadapi perubahan. Dunia saat ini, kata Yunus, telah berubah. Apa yang dulu booming terjadi juga mengalami perubahan.

Baca Juga: Mengapa Pendekatan Berbasis Kompetensi Penting? 

“Untuk itu kita membutuhkan yang namanya reorientation, baik program studi maupun kurikulum pendidikan pada era Revolusi Industri 4.0 maupun distruption era,” tambahnya.

Menurut Yunus, Presiden Jokowi juga telah mengingatkan untuk perguruan-perguruan tinggi di Indonesia untuk melakukan perubahan. Perubahan dalam artian untuk meningkatkan daya saing global. Bahkan kata Yunus, Presiden Jokowi juga mewacanakan akan memasukkan perguruan tinggi asing jika perguruan tinggi dalam negeri tidak mampu bersaing.

Editor: Guntur Subing
Diberdayakan oleh Blogger.