Diskusi Literasi Bersama Gol A Gong di Woodstairs Cafe Bandarlampung

KATALAMPUNG.COM - Diskusi Literasi bersama penulis "Balada Si Roy" Heri Hendrayana Harris atau yang akrab dipanggil Gol A Gong berlangsung menarik. Beragam diskusi tanya jawab peserta bersama Gol A Gong menambah pengetahuan tentang dunia literasi di Indonesia. Terutama, perihal sebuah Novel menjadi Film.



Diskusi Literasi Bersama Gol A Gong di Woodstairs Cafe Bandarlampung


"Selama 25 tahun si Roy melekat dalam hidup saya. Si Roy adalah inspirasi bagi setiap orang. Orang-orang di dalam novel ini punya karakter," ujar Agusri Junaidi selaku Ketua Pelaksana Kegiatan dalam sambutannya di Woodstairs Cafe, Bandarlampung, Senin malam, 9 Juli 2018.

Pada diskusi, Gol A Gong memberikan penjelasan tentang bagaimana sebuah karya bisa difilmkan. Iya mencontohkon novel "Balada Si Roy".

Menurutnya, di Indonesia bahan baku cerita melimpah. Tetapi mirisnya, banyaknya bahan baku yang ada bercampur dengan diskriminasi dari pelaku Production House (PH) yang ada.

"Cobalah tonton film-film yang ada banyak digarap tidak serius. Sehingga banyak para penulis yang melakukan protes terhadap PH," ujarnya.

Secara perlahan-lahan pihaknya melakukan perbaikan dengan tidak harus berorientasi pada komersil. Bagaimana tidak, komersialisasi ini merupakan kondisi yang melanda perfilman di Indonesia terutama di Televisi.

"Satu hal yang menarik saat ini adalah adanya ekranasi, sedang terjadi alih wahana dari novel, jadi komik, jadi skenario kemudian jadi film. Atau konversi wahana seni dari teks ke audio visual," jelas Gol A Gong.

Ia menambahkan, syarat novel harus difilmkan adalah best seller, harus ada komunitas penulis dan memiliki komunitas pembaca. Kekuatan sebuah novel terletak pada daya jualnya yakni ketokohan, seperti Dilan. Jika terdapat tokoh yang banyak di dalam sebuah novel maka akan membingungkan dan melemahkan kekuatan tokoh utama.

Selain itu karakter tempat, ide cerita, sesuatu yang baru, ide-ide gila dan out of the box seperti Balada Si Roy.

"Penulis di Indonesia belum banyak yang memahami membuat novel yang baik. Seperti adanya cinta terlarang, dominasi ketokohan dan latar tempat," katanya.

Menurut Gol A Gong, sebuah film adalah karya seorang Sutradara. Sutradara berhak menerjemahkan atau menggambarkan sebuah novel menjadi film sesuai dengan imajinasinya.

Acara yang dipandu oleh, Rafika Trisha Ananda ini dihadiri oleh Mahepel FEB Unila, Pemuda Panca Marga Bandarlampung, Komunitas Dongeng Dakocan, Komunitas Club Nonton, yang berkolaborasi dengan "Generasi Jaguar". 

Selain pemaparan dari Gol A Gong acara juga diisi dengan pembacaan puisi karya Gol A Gong. Puisi dengan judul "Berkacalah Negeriku" oleh Eka Tiara C dan puisi lainnya oleh Isbedy Stiawan, ZS.(tim/kl)
Diberdayakan oleh Blogger.