Dinner Talk ISEI: Kebijakan Bank Indonesia Dalam Mengatasi Kesenjangan

BANDARLAMPUNG, katalampung.com – Dalam rangkaian acara Seminar Nasional dan Sidang Pleno ISEI XIX terdapat sesi Dinner Talk oleh Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara. Dinner Talk dengan tajuk “Kebijakan Bank Indonesia Dalam Mengatasi Kesenjangan” diselenggarakan di Gedung Aula Bank Indonesia, Bandarlampung, Kamis (19/10/2017) malam.

Dinner Talk ISEI: Kebijakan Bank Indonesia Dalam Mengatasi Kesenjangan
Foto katalampung.com - dari kiri ke kanan (Muliaman D Hadad, Mirza Adityaswara, dan Ayi Ahadiat)

Hadir dalam acara tersebut Mirza Adityaswara (Deputi Senior BI), Arif Hartawan  (Kepala BI Kantor Perwakilan Lampung), Muliaman D Hadad (Ketua ISEI Pusat), Ayi Ahadiat (Ketua ISEI Cabang Lampung), anggota dan pengurus ISEI serta para akademisi.

Dalam pemaparannya, Mirza Adityaswara mengatakan, sebenarnya ranah Bank Indonesia adalah menjaga stabilitas nilai rupiah dengan instrument kebijakan moneter. Dia juga berkeyakinan bahwa kebijakan moneter memiliki dampak langsung maupun tidak langsung dalam meretas kesenjangan.

”Sejak tahun 1990, PDB Indonesia terus meningkat akibat globalisasi. Seiring golobalisasi tersebut juga tingkat kemiskinan terus menurun.  Pada tahun 2016 tingkat kemiskinan Indonesia telah mencapai 10.64%, dan sejak tahun 2004 Indonesia telah keluar dari kategori low income menjadi middle income,” ujar Mirza.

Isu tentang kesenjangan memang masih menjadi isu global. Sehingga ini perlu menjadi perhatian kita semua. Kita perlu menyadari bahwa mewujudkan masyarakat dengan pendapatan yang layak. Faktanya, kesenjangan masih kita temukan antara Desa dan Kota. Mirza meyakini bahwa aglomerasi ekonomi perkotaan akan menjadi sumber utama pertumbuhan.

“Aglomerasi ekonomi perkotaan akan menjadi sumber utama pertumbuhan dan pembukaan lapangan kerja. Sehingga dengan simpul-simpul aglomerasi ini perlu dilakukan reformasi struktural dari sisi penawaran yaitu pendidikan, infrastruktur, kesehatan dan sektor lainnya,” tegas Deputi Senior BI ini

Menurut Mirza, peran BI dalam meretas kesenjangan, secara spesifik kebijakan moneter memiliki peranan langsung dan tidak langsung dalam menurunkan tingkat kesenjangan. Untuk itu, BI akan terus menjaga stabilitas nilai rupiah dengan 4 kebijakan. Pertama, menerapkan BI 7-Days Repo Rate. Kedua, normalisasi koridor suku bunga PUAB O/N. Ketiga, Banchmark Yield Curve, dan Keempat adalah Giro Wajib Minimum (GWM Averaging).

Selain itu, BI juga telah membentuk Tim Pengendali Inflasi (TPI) di tingkat pusat dan daerah serta klaster ketahanan pangan. Saat ini BI telah membentuk 524 TPID yang tersebar di 34 Provinsi dan 491 Kabupaten/Kota. Sedangkan jumlah klaster yang telah berhasil dibentuk sebanyak 181 kalaster pada komoditas ketahanan pangan. Pembentukan klaster ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas ekonomi.

BI disisi makro prudensial juga telah melakukan Elektronifikasi dan Good Governance serta memberikan layanan kas sampai pulau terluar untuk mewujudkan pemerataan distribusi uang di Indonesia. Di penghujung pemaparannya, Mirza mengajak semua Stakeholder untuk tidak mengabaikan masalah ketimpangan. “Pemerataan pembangunan perlu menjadi perhatian kita semua. BI akan terus berusaha untuk membantu mengurangi ketimpangan melalui bauran kebijakan moneter,” tutup Mirza.

Dilaporkan Oleh: Guntur Siswanto
Editor: Guntur Subing
Diberdayakan oleh Blogger.