Kepedulian Ridho Kepada Petani Bukan Sekdar Janji Tapi Telah Terbukti

KATALAMPUNG.COM - Kepedulian Calon Gubernur Muhammad Ridho Ficardo terhadap masa depan anak petani bukan lagi sekadar janji, namun telah terbukti. 

Kepedulian Ridho Kepada Petani Bukan Sekdar Janji Tapi Telah Terbukti


Ridho tidak saja memberikan bea siswa kepada anak petani, tetapi juga mempersiapkan lapangan kerja dengan mengembangkan perguruan tinggi vokasi dengan merekrut anak-anak petani. Pendidikan vokasi lebih menekankan sisi ilmu terapan dan mengarah pada tenaga siap pakai. Pendidikan vokasi ini terus dikembangkan Ridho di Politeknik Negeri Lampung (Polinela). 

Pembangunan SDM merupakan cara agar pembangunan bisa berkesinambungan dan memberikan efek jangka panjang yang sangat tepat bagi perkembangan pertanian Lampung, ujar Ridho ketika terakhir kali berkunjung ke Polinela Senin malam (12/2/2018), awal Februari lalu.

Kunjungan Ridho sekaligus menunjukkan komitmennya kepada masa depan anak petani, yaitu dengan menambah kuota beasiswa anak petani yang mengenyam pendidikan di Polinela. Kuota beasiswa ini sejak era kepemimpinan Ridho terus bertambah setiap tahun. 

Tahun lalu sedikitnya 125 anak mendapatkan beasiswa. Ke depan beasiswa ini akan ditambah menjadi 150 sampai 200 anak, kata Ridho.

Sosok Ridho Ficardo tidak saja disegani di kalangan intelektual dan praktisi pertanian Lampung, tetapi juga mengundang decak kagum. Sebab, pemimpin muda ini mau belajar dan menghormati sejumlah tokoh pertanian Lampung. 

Di awal kepemimpinanya, sejumlah tokoh pertanian yang berskala nasional terus dimintai sumbangan tenaga dan pikirannya oleh Ridho. Salah satunya, Wakil Gubernur Lampung periode 2009-2014 M.S. Joko Umar Said. Dalam sejarah dirintisnya bea siswa anak petani, sosok Joko Umar Said memegang peran besar barsama tokoh pertanian Lampung lain, seperti Zainal Mutaqin (mantan Direktur Polinela) dan I Made Suwetja, ketua Ikatan Pensiunan Penyuluh Lampung.

Gagasan bea siswa anak petani ini dalam perkembangannya terus dikembangkan Ridho. Bahkan, kini Ridho menjadi garda depan pembela anak petani. Sebuah pengalaman berharga pernah terjadi di kalangan anak petani yang menempuh kuliah di Polinela. Saat itu, bea siswa anak petani terlambat sehingga para anak petani itu kelimpungan. 

Ridho dengan sigap memerintahkan jajarannya untuk mengkaji penyebab keterlambatan itu. Ternyata terjadi masalah teknis terkait nomenklatur di anggaran. Meskipun begitu, Ridho sempat "marah" bahkan meminta masalah teknis tersebut segara diperbaiki. 

"Saya perintahkan segera berikan bea siswa anak-anak tersebut. Jika anak-anak itu pulang ke desa, maka saya akan minta (kepada jajaran Pemprov, red) untuk menjemput mereka satu per satu," tegas Ridho.

Pernyataan Ridho mengundang rasa hormat dari kalangan anak petani sendiri. Pemimpin muda Lampung ini dianggap kalangan anak petani sebagai sosok teladan. 

"Sebab Pak Ridho itu besar di areal perkebunan. Dia sangat paham dengan kami anak petani," ujar seorang mahasiswa Polinela dalam sebuah acara Rembug Tani.

Bukan hanya itu, kejadian di SMK Pertanian Pembangunan (SMK PP) Lampung di Hajimena, Natar Lampung Selatan, terasa lebih menunjukkan lagi peranan Ridho. Sekolah yang sebelumnya seperti (maaf) "kapal pecah" dan serba darurat mendapat perhatian dari Ridho. 

Dia meminta agar sekolah ini kembali ke lokasi yang dikenal sebagai Badan Diklat Provinsi Lampung yang lokasinya ke arah Tegineneng. Apa yang dilakukan Ridho membuat terharu para guru dan kepala sekolah. 

Betapa tidak, sekolah yang tak memiliki ruang kepala sekolah dan becek jika hujan ini disulap menjadi sekolah yang layak. Saking bahagianya, para guru dan kepala sekolah menamakan gedung belajar di sekilah ini dengan nama Gedung Belajar Muhammad Ridho Ficardo.

Keteladanan Ridho tidak saja menginspirasi anak-anak petani, tetapi juga membangkitkan semangat untuk mencintai pertanian. Sebab, seperti diketahui, regenerasi pertanian menghadapi tantangan besar. Bahkan, Pemerintah merasakan ada kekhawatiran jumlah SDM pertanian akan menurun. 

Hal ini disebabkan peminat pertanian di generasi muda sangat rendah. Di pedesaan banyak anak muda yang bekerja di sektor industri di Jabodetabek. Oleh  sebab itu, untuk menjaga kesinambungan pertanian di pedesaan, Ridho yang terus mendapatkan ilmu pengetahuan dari M.S. Joko Umar Said mengambil kebijakan agar generasi muda terus dididik atau disekolahkan pertanian. 

Upaya Ridho berhasil. Regenerasi SDM pertanian bahkan diadposi oleh Pusat untuk dikembangkan. (TIM)
Diberdayakan oleh Blogger.