Parallel Session ISEI, Ketimpangan Indonesia: Tren, Penyebab dan Terobosan Kebijakan

BANDARLAMPUNG, katalampung.com – Antusiasme peserta Seminar Nasional dan Sidang Pleno ISEI XIX mendadak berubah. Betapa tidak, Prof. Mudrajad Kuncoro, Phd seorang Dosen UGM yang telah berhasil menulis 44 buah judul buku tentang ekonomi berkesempatan untuk memaparkan hasil Small Reaserch-nya dalam rangkaian kegiatan Seminar Nasional dan Sidang Pleno ISEI XIX. 

Parallel Session ISEI, Ketimpangan Indonesia: Tren, Penyebab dan Terobosan Kebijakan
Prof. Mudrajad Kuncoro (tengah)

Dengan gaya penyampaian yang atraktif, Prof. Mudrajad menyampaikan Small Research yang berjudul “Ketimpangan Indonesia : Tren, Penyebab, dan Trobosan Kebijakan” di Ballroom Swiss-Bel Hotel, Bandarlampung, Kamis (19/10/2017).

Akademisi UGM ini menggunakan 4 landasan teori dalam metodologi risetnya. Pertama, Teori Kuznet. Kedua, Desentralisasi Fiskal. Ketiga, Kutub Pertumbuhan, dan Keempat, Globalisasi (perdagangan dan penanaman modal asing).
Sedangkan metode analisis statistik yang digunakan adalah Analisis Trend, Uji Hipotesis Kuznet, dan Regresi Data Panel.  Dalam pemaparannya, Prof. Mudrajad mengawalinya dengan Analisis Trend dan Dimensi yang hasilnya sangat mengejutkan.

“Dilihat dari sisi ketimpangan antar golongan pendapatan, perrtumbuhan Indonesia belum berada pada jalur yang benar, karena “kue nasional” dinikmati oleh 40% dari golongan pendapatan menengah dan 20% oleh golongan pendapatan teratas,” ujar Mudrajad

Sementara itu, lanjut Mudrajad, 40% dari golongan pendapatan terendah mengalami penurunan kue pembangunan hingga 2013 (hanya menikmati 16,87%). Pada era Jokowi, 40% kelompok terendah mulai mengalami kenaikan kue pembangunan hingga 17,12%. Demikian juga golongan menengah meningkat dari 34,6% menjadi 36,47%.

“Sedangkan jika ditinjau dari sisi  ketimpangan antar pulau  Struktur Perekonomian Indonesia secara spasial masih didominasi kelompok provinsi di Pulau Jawa (58%), Sumatera (22%), Kalimantan (8,3%), Sulawesi (6%), Bali dan Nusa Tenggara (3%) dan Maluku dan Papua (2%). Secara spasial masih terkonsentrasi KBI sekitar 80-81%. Kawasan Timur Indonesia (KTI), hanya kebagian sisanya yaitu sekitar 19-20%,” tegas Mudrajad

Selanjutnya  Mudrajad menjelaskan mengenai uji hipotesis Kuznet dengan menampilkan gambar Kurva Kuznet yang bersumber dari Melikhova dan Čížek (2012); Kuznets (195) yang menunjukan ketimpangan di 145 negara di Dunia.
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa ada kesesuaian dengan teori Kuznet yang menunjukan kurva membentuk seperti huruf “U” terbalik. Bentuk kurva tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan maka tingkat ketimpangan akan semakin menurun.

Lain halnya untuk kasus di Indonesia, dengan menggunakan data PDRB Perkapita dan Gini Rasio tahun 1964-2015 teori Kuznet tidak dapat dibuktikan. Bentuk kurva Kuznet diindonesia justru menunjukan bentuk menyerupai huruf “U” yang menunjukan semakin besar pendapatan penduduk perkapita maka ketimpangan akan semakin tinggi. (Baca juga: Mudrajad Kuncoro: Di Indonesia Teori Kuznet Tidak Dapat Dibuktikan)

Dilaporkan Oleh: Guntur Siswanto
Diberdayakan oleh Blogger.