Desa Sukorahayu Labuhan Maringgai Canangkan 100 Kolam Budidaya Ikan Air Tawar dan Udang Vaname
Menurut Khasbullah selaku Kepala Desa Sukorahayu,
masyarakatnya berpenghasilan di darat dan di laut yang dikenal oleh masyarakat
setempat dengan istilah musim barat dan musim timur. Jika musim barat maka
masyarakatnya pergi ke laut untuk mencari ikan, dan jika musim timur maka
masyarakatnya akan mencari penghasilan di daratan dengan mengayak (menyaring)
tanah bercampur pasir hasil galian kolam
di tanah mereka sendiri.
Kolam-kolam itu kini telah terisi ikan dan udang air
payaw. Melihat masyarakat desanya saat ini bergantung pada musim tersebut,
untuk itu pihaknya mencari cara agar masyarakatnya dapat menghadapi dua musim
tersebut untuk menghidupi keluarga.
"Beberapa waktu lalu, desa kami diidentikkan
dengan penambangan pasir. Yang sebenarnya adalah galian tanah yang akan
dibuatkan kolam ikan dan tambak udang vaname oleh masyarakat di dusun dua dan
dusun tiga. Dari pada tanah pasir tersebut tidak terpakai, maka inisiatif warga
untuk mengolahnya agar dapat nilai ekonomisnya. Itu pun melalui empat tahapan
penyaringan sehingga tanah pasir tersebut dapat dijual," kata Khasbullah,
Minggu, 27 Mei 2018.
Khasbullah menjelaskan, jika saat ini masyarakatnya
akan diajak bekerjasama dengan desa guna pengembangan kolam ikan air tawar dan
udang air payaw. Dananya diambil dari Dana Desa peruntukan BUMDes. Pola
kerjasama ini diharapkan akan lebih meningkatkan sumber daya masyarakatnya agar
lebih baik.
"Saya sangat berharap selain dari dana BUMDes, ada
bantuan dari Pemkab Lampung Timur khususnya dari Dinas Peternakan, Perikanan
Dan Kelautan, karena melihat dari sektor ekonomi kerakyatannya sangat baik dan
bisa menjadi desa pemasok ikan air tawar dan udang air payau di Lampung Timur,"
ungkapnya.
Ia pun menambahkan, selain kolam air tawar dan udang
air payaw, pihak desa telah menanam pohon ekalitus yang menjadi bahan pembuatan
minyak kayu putih.
Menurutnya, pohon ekalitus merupakan bantuan dari Kementrian
Kehutanan beberapa waktu lalu. “Saat ini sudah kami tanam untuk pembibitan, dan
nantinya akan kami tanam di pinggir-pinggir kolam. Sehingga tanah di kolam
dapat kokoh oleh akarnya dan yang pasti pemanfaatan lahan. Jadi nanti bukan
hanya satu penghasilan saja yang warga dapatkan, melainkan banyak sumber
penghasilannya,” Kata Khasbullah.
Dilain pihak saat ditemui di lokasi, Edwar salah satu
warga Desa Sukorahayu Dusun Dua mengatakan jika hasil galian pasir yang akan
mereka jadikan kolam ikan itu diolah dengan maksud hasilnya akan digunakan
untuk mendanai kolam yang mereka gali.
"Kami di sini mengolah limbah galian kolam di tanah
kami sendiri. Tanah berpasir itu kami pisahkan dengan cara mengayaknya secara
manual. Dalam satu ton isinya 20 karung abu pasir. Lalu, kami menjualnya
sebesar Rp.40.000. Itu pun kotor, belum dipotong harga karung Rp.1000 per satu
karung dan upah warga Rp.10.000 per ton. Jadi hasil kami dalam satu tonase
hanya sebesar Rp.10.000,” ujar Edwar.
Dengan penghasilan sebesar itu, Edwar menilai hasilnya tidak
berimbang dengan tahapan pengolahannya. “Tapi dari pada tanah berpasir hasil
galian kolam tersebut terbengkalai maka kami olah. Setelah habis maka kolam
kami pun akan nampak tertata rapih," kata edwar.
Di lain pihak saat ditemui di lokasi yang berbeda, Warga
Dusun Tiga, salah satu pekerja di tambak udang air payaw sangat berterimakasih
sekali dengan dipekerjakan dirinya karena dapat mencukupi kebutuhan
keluarganya.
"Dengan adanya tambak udang Vaname (udang air
payaw) milik pak Basir ini saya sangat bersyukur dapat menghidupkan keluarga dan
saya berterimakasih sekali," ucap syukur Sukarmin, penjaga tambak udang
tersebut.(Jhoni)