Ini Jawaban Yusdianto Atas Tudingan Yuhadi
Pengamat Politik Universitas Lampung Yusdianto |
Dari
berbagai banyak berita yang muncul di media sosial, kata Yusdianto, ada
beberapa hal yang telah dirangkum dan perlu diklarafikasi sebagai bentuk
tudingan yang emosional dan tendensius.
Pertanyaan
pertama terkait adanya tuduhan hari ini
(Jum'at, 25/5) yang menyebutkan saya berteman dengan Sdr MRF yang notabene
sebagai calon petahana urut satu?
“Jawabannya
saya bukan jurkam, Tenaga Ahli atau apapun. Sampai hari ini saya baru sekali
bertemu dengan MRF itupun di acara formal yaitu pemantapan Pengurus PSI Lampung
di salah satu hotel di Bandar Lampung. Selebihnya belum pernah. Bila butuh
pembuktian silahkan tanyakan langsung. Namun sebagai manusia kita adalah
saudara, tidak melihat apakah itu teman apa tidak, semua manusia dimata Tuhan
itu sama. Lalu kenapa kita membatasi antara teman dan bukan teman. Aneh sekali,”
ujar Yusdianto.
Menyikapi
tudingan yang menyebutkan dirinya tidak menjaga indepedensi, Yusdianto
mengatakan salah satu sikap indepedensi yang dia lakukan adalah membatasi diri
untuk tidak terikat dengan kontrak kerja dan kontrak politik terhadap kepala
daerah, politisi dan kelompok kepentingan. Sehingga dalam berucap, bertindak,
bekerja secara professional, bebas unsur dan tidak memihak siapapun.
"Atas
hal itu saya sangat menjaga kridibilitas diri saya," ujarnya.
Sementara
perihal dirinya yang dianggap 'nyinyir'
terkait kehadiran Purwanti lee pada kampanye Arinal-Nunik, Yusdianto menganggap
hal itu sangat tendensius dan penuh dengan kemarahan.
“Entah
apa yang hendak disampaikan. Saya hanya mengingatkan dan menekankan bahwa demokrasi
yang sedang kita bangun bukan murahan tapi sangat mahal,” tegasnya.
Untuk
itu Yusdianto meminta semua pihak menjaga dan membangun demokrasi ini dari,
untuk dan oleh rakyat. Tanpa campur tangan dari siapapun apalagi cukong dan kacung politik.
Pertanyaan
keempat, tentang ungkapan yang menyebut dirinya adalah oknum akademisi.
Menyikapi hal ini Yusdianto mengaku hanya cukup balas dengan senyuman saja.
“Karena
saya cukup dekat dengan beliau. Saya cuma membandingkan saja, saya sebagai
pengajar dikampus yang sehari-hari menekuni bidang ilmu ketatanegaraan saja
dituding begitu. Bagaimana jika yang menyampaikan itu masyarakat, team
pendukung dan sebagaiya. Mungkin lebih berat.”
“Mengingat
kata para bengawan di kisah lakon dulu yang kerap dibaca. ‘bila omongan kaum terpelajar saja sudah tidak didengar lalu omongan
siapa yang hendak didengar’. Bisa hancur semuanya," terusnya.
Terakhir,
soal ungkapan terkait audit dana kampanye pasangan calon. Yusdianto menilai seharusnya
disikapi secara sederhana.
“Mari
para politisi tunjukkan kualitas melalui sikap terbuka atas kritikan, kridebel
dan bertanggungjawab. Tidak perlu disambut dengan perdebatan di ruang public. Apalagi
menggunakan kata tudingan.”
"Sungguh
sangat tidak elok. Ibaratnya, biarkan doa bergelombang keatas langit, Tuhan
tahu benar mana yang didahulukan mana yang ditunda," kata Yusdianto. (*)