ISMEI: Reshuffle Kabinet Indonesia Maju Harus Selektif
KATALAMPUNG.COM - Isu reshuffle kabinet indonesia maju akhir-akhir ini menjadi sorotan publik. Pasalnya isu tersebut menguat karena adanya peleburan kementrian dan pembentukan kementrian baru.
Badan Pimpinan Ikatan
Senat Mahasiswa Ekonomi Indonesia, Wahyu, menilai reshuffle
Kabinet Jilid 2 ini harus benar-benar
selektif. Melihat dari kinerja kementrian dan lembaga, seharusnya ada reward
dan phunishment
untuk menjadi landasan reshuffle.
Menurutnya, reshuffle kali ini
pemerintah harus lebih terfokus untuk mengevaluasi kinerja kementrian/lembaga
terkhusus di bidang perekonomian.
“Melihat dari beberapa kinerja sejauh ini yang
lebih progresif dan terukur adalah realisasi investasi yang tumbuh sepanjang 2019 mencapai Rp809,6 triliun.
Artinya jika memang ada pembentukan kementrian investasi maka yang layak untuk
mendapatkan reward adalah kepala BKPM.”
“Saat ini kondisi perekonomian kita sangat
terpuruk akibat pandemik. Maka pemerintah harus bekerja ekstra lebih keras agar
Indonesia bisa keluar dari krisis ekonomi. Bukan hanya keluar dari kondisi ini
akan tetapi tuntutan untuk menjawab indonesia emas 2045,”ujar Wahyu.
Ia menambahkan, angka pengangguran naik dari 4,9 persen menjadi
7 persen atau 9,7 juta orang. Sementara investasi sebesar Rp809,6 triliun hanya
menyerap tenaga kerja sebanyak 1,03 juta orang. Artinya pertumbuhan investasi membaik
sementara serapan tenaga kerja yang masih rendah. Hal tersebut terhambat
dikarenakan kualitas SDM yang masih rendah.
“Maka dari itu kami berharap pemerintah
memanfaatkan segala potensi dari lembaga swadaya masyarakat dan mahasiswa untuk
ikut berperan aktif dalam meningkatkan kualitas SDM kita. Terkhusus kepada
mahasiswa yang akan menjadi tenaga kerja atau bahkan membuka lapangan pekerjaan,” ucapnya.
Ia berharap, menteri terkait dapat betul-betul memaksimalkan dan
meningkatkan kualitas SDM agar dapat memenuhi permintaan tenaga kerja dari
realisasi investasi yang sudah ada dan tidak bergantung lagi pada tenaga kerja
asing.(dimas)