Menteri Darmin Nasution: Transformasi Ekonomi, Satu Indikator Yang Jarang Digunakan dan Diukur

BANDARLAMPUNG, katalampung.com - Kombinasi pertumbuhan ekonomi meningkat, tingkat kemiskinan menurun, tingkat ketimpangan membaik, tingkat pengangguran turun adalah suatu kombinasi yang sebenarnya para ekonom katakan, pertumbuhannya kualitasnya baik. Demikian dikatakan oleh Menteri Darmin Nasution saat menyampaikan keynote speechKebijakan Ekonomi dalam Mengatasi Kesenjangan” pada acara pembukaan Seminar Nasional dan Sidang Pleno ISEI XIX di Swiss-Bel Hotel, Bandarlampung, Rabu (18/10/2017) malam.

Menteri Darmin Nasution: Transformasi Ekonomi, Satu Indikator Yang Jarang Digunakan dan Diukur
Foto: Menteri Darmin Nasution saat membuka Seminar Nasional dan Sidang Pleno ISEI XIX

“Masih ada satu indikator lagi yang jarang digunakan dan jarang diukur, namanya transformasi ekonomi. Transformasi ekonomi itu cirinya adalah masyarakat berpindah dari kegiatan yang produktivitasnya rendah, kearah kegiatan-kegiatan yang produktivitasnya lebih tinggi,” kata Darmin Nasution.

Dikatakannya, jika transformasi itu terjadi maka kongkrit sudah seluruhnya. Seluruh indikator yang menentukan untuk mengatakan pertumbuhannya betul-betul berkualitas dan bagus sudah terjalin. Akan tetapi sektor perindustrian Indonesia saat ini -karena sektor utama yang bisa menyerap dari sektor pertanian, dari sektor yang produktivitasnya rendah ke sektor yang produktivitasnya lebih tinggi, sektor utama itu adalah sektor industri manufaktur- betapa sektor manufaktur kita belum berhasil dan itu terlihat di tahun lalu.

Pertumbuhan ekonomi saat ini adalah 5,1%, sedangkan pertumbuhan sektor industri manufaktur pertumbuhannya lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Itu artinya transformasi ekonominya belum terjadi.

“Bertolak dari itu, infrastuktur yang saat ini dibangun melalui penyebaran proyek-proyek strategis nasional. Ada 236 proyek strategis nasional yang sedang diproses, sedang dibangun, dan ada yang sudah mau selesai yang penyebarannya diseluruh Indonesia. Di Sumatera 64 proyek, Jawa 93 Proyek, Kalimantan 24, Sulawesi 27, Nusa Tenggara dan Bali 15, Papua 13. Ini belum termasuk proyek-proyek yang dibiayai APBN dan tidak masuk dalam proyek-proyek strategis nasional. Proyek strategis nasional itu cirinya adalah punya dampak besar terhadap daerahnya dan punya dampak besar secara nasional dan harus mulai dibangun dan selesai,” ujar Menko Bidang Perekonomian RI ini.

Selain infrastruktur fisik, pemerintah juga membangun infrastruktur industri yang terdiri dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Industri, Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Penyebarannya diseluruh Indonesia. Semua itu di desain untuk memberikan fasilitas bagi industri. Industri yang sesuai dengan desain mengolah sumberdaya alam dan hasil tambang agar infrastruktur fisik dan infrastruktur industri menyebar. Selanjutnya adalah pembangkit listrik dan Palapa Ring (infrastruktur telekomunikasi/ broadband) dimana dengan pembangunan itu diharapkan kecepatan internet akan sama diseluruh Indonesia.

“Itulah, paling tidak yang disebutkan dengan pemerataan antar wilayah akan terdorong. Tingkat kemiskinan dua tahun terakhir mengalami perbaikan. Pertanyaannya adalah ini berlanjut atau tidak? Kekhawatiran pada saat pembangunan infrastruktur dilakukan dengan tindakan-tindakan, seperti perbaikan lahan, kualitas sumberdaya (anggaran pendidikan) dan bantuan sosial,” ujar Darmin Nasution. 

Selain memberikan keynote speech, sebelumnya Menteri Darmin Nasution bersama Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo menyerahkan penghargaan bagi yang memperoleh Lampung CSR Award 2017. Setelah menyerahkan anugerah Lampung CSR Award, Menteri Darmin Nasution memukul gong sebagai tanda dibukanya Seminar Nasional dan Sidang Pleno ISEI XIX. 

Dilaporkan Oleh: Guntur Subing
Diberdayakan oleh Blogger.