Muliaman D Hadad: Terkonsentrasinya Pembangunan Industri Manufaktur di Pulau Jawa Timbulkan Kesenjangan
“Sebagaimana kita tahu bahwa pembangunan saat ini telah mencapai tingkat yang luar biasa. Kita tahu bahwa tingkat kemisknan telah berhasil dipangkas dengan signifikan dari 54% pada tahun 1999 menjadi 11% pada tahun 2014. Pertumbuhan ekonomi juga mampu bertahan dengan angka rata-rata yang cukup tinggi pertahunnya,” jelas Muliaman.
Menurutnya, capaian pembangunan Indonesia belum boleh
membuat kita untuk berbangga hati ataupun bertepuk dada. Perjuangan untuk pengurangan
tinggkat kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan masih belum berakhir. Saat ini
masih diperlukan sebuah terobosan-terobosan yang lebih efektif untuk
memperbaiki keadaan.
“Persoalan kesenjangan secara umum dapat menggambarkan
dua hal. Pertama, tingkat pendapatan
atau kekayaan dalam suatu populasi, dan kedua,
persebaran tingkat kekayaaan atau pendapatan antar daerah dalam suatu negara,”
tegas Muliaman
Dalam konteks kesenjangan yang pertama, dalam laporan
Bank Dunia 2016, mengungkapkan bahwa masalah kesenjangan ekonomi di Indonesia mengalami
peningkatan yang cukup berarti dimana 20% penduduk Indonesia yang mampu
menikmati manfaat pertumbuhan ekonomi pada satu dekade terakhir ini. Sedangkan
80% penduduk lainnya belum dapat menikmapi manfaat pertumbuhan ekonomi yang
optimal.
“Dalam laporan Bank Dunia mengatakan bahwa Indonesia
mengalami masalah konsentrasi kesejahteraan yang cukup tinggi. Dimana 10%
masyarakat Indonesia yang kaya mampu menguasai hampir 73%. Lebih menghawatirkan
lagi masalah konsentrasi ini semakin tinggi,” ungkapnya
Masih berdasarkan laporan Bank Dunia, Muliaman
menjelaskan, faktor-faktor yang meningkatkan kesenjangan ekonomi . Pertama, masalah ketidaksamaan dalam
memperoleh kesempatan. Kedua, ketidaksamaan
dalam kesempatan pekerjan. Ketiga, terkonsentrasinya
aset pada kelompok tertentu, dan Low
Residency.
Apabila masalah tersebut tidak segera diatasi, maka Indonesia akan mengalami masalah kesenjangan sosial yang tentu saja akan semakin memburuk dimasa yang akan datang. Kesenjangan yang terus meningkat dimasyarakat ini tentu saja akan merusak kondisi sosial, rasa keadilan, stabilitas sosial ekonomi dan politik dalam jangka panjangnya.
Apabila masalah tersebut tidak segera diatasi, maka Indonesia akan mengalami masalah kesenjangan sosial yang tentu saja akan semakin memburuk dimasa yang akan datang. Kesenjangan yang terus meningkat dimasyarakat ini tentu saja akan merusak kondisi sosial, rasa keadilan, stabilitas sosial ekonomi dan politik dalam jangka panjangnya.
“ISEI berpendapat bahwa untuk menghadapi masalah
kesenjangan, Indonesia perlu memperkuat implementasi kebijakan yang
berorientasi dan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Diantaranya
misalnya, layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, program-program
pelatihan bagi angkatan kerja, kebijakan belanja pemerintah untuk pembangunan
infrastruktur, serta bantuan ekonomi kepada rumah tangga yang bersifat selektif,
dan pemberdayaan. Tidak kalah pentingnya, dalam implementasi kebijakan dengan
prinsip kesetaraan dan keadilan bagi seluruh masyarakat,” papar Muliaman.
Sedangkan dalam konteks kesenjangan yang kedua yaitu kesenjangan
ekonomi antar daerah juga tentu masih perlu banyak pemikiran dan tentu saja
masih banyak masalah yang perlu segera dipecahkan. Pada masa orde baru
misalanya, strategi kebijakan pembangunan ekonomi Indonesia diarahkan untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun seperti kita ketahui bahwa
kebijakan pembangunan terkonsentrasi di pulau Jawa. Akibatnya kebijakan
tersebut justru memperburuk kondisi kesenjangan ekonomi antar daerah.
“Masalah kesenjangan ekonomi antar daerah meningkat karena beberapa faktor, antara lain terkonsentrasinya pembangunan industri manufaktur di kota-kota besar di pulau jawa, kesenjangan pembangunan antara Kawasan Barat dan Kawasan Timur, kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan, kurangnya keterkaitan pembangunan antar wilayah, serta terabaikannya pembangunan daerah perbatasan, pesisir, dan kepulauan” Imbuh Muliaman
“Masalah kesenjangan ekonomi antar daerah meningkat karena beberapa faktor, antara lain terkonsentrasinya pembangunan industri manufaktur di kota-kota besar di pulau jawa, kesenjangan pembangunan antara Kawasan Barat dan Kawasan Timur, kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan, kurangnya keterkaitan pembangunan antar wilayah, serta terabaikannya pembangunan daerah perbatasan, pesisir, dan kepulauan” Imbuh Muliaman
Data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
tahun 2015 menunjukan bahwa persebaran daerah tertinggal lebih banyak dikawasan
timur yaitu 103 Kabupaten atau 84%. Sementara di kawasan barat ada 19 Kabupaten
atau 15%. Ketertinggalan antar daerah ini harus segera diakhiri dengan
mewujudkan pembangunan pada semua aspek kehidupan secara merata.
“Dalam konteks ini, ISEI berpendapat bahwa salah satu
kunci pentingnya adalah kemudahan akses
bagi masyarakat daerah marginal. Untuk itu, Kami mengapresiasi pilihan kebijakan pemerintah saat ini yang
memprioritaskan pembangunan infrastruktur diluar pulau jawa,” Tutup Muliaman.
Dilaporkan
oleh: Guntur Siswanto