Masuk Kemarau, Petani Ikan Menjerit
Seperti dialami oleh Supar (42), petani bibit ikan
gurame yang harus rela bibit ikan yang ditangkarkan nya banyak yang mati.
Menurutnya, hal ini disebabkan oleh cuaca yang cepat berganti. "Siang
panas terik, tiba-tiba mendung. Nanti panas lagi, kadang hujan sebentar,"
jelas Supar saat dihubungi Katalampung.com kemarin.
Menurutnya, hujan yang datang tiba-tiba datang akan
berdampak pada kesehatan ikan. "Pertama, ikan tidak bisa menyesuaikan suhu
karena masih kecil. Kedua, hujan yang cuma sebentar itu kadar asamnya tinggi.
Ikan kecil terkena jamur, belum bisa tahan. Ikan stres kemudian mati,"
lanjut nya.
Supar menambahkan, dari tebaran 70 ribu telur gurame
yang didatangkannya dari Magelang, hanya berhasil dipanen 20 ribu saja. Petani
jelas mengalami kerugian karena itu masih tidak cukup untuk menutupi biaya
pakan.
Sementara itu, Sugiyanto (36), petani bibit lele di
daerah Metro Utara juga mengalami hal serupa. Ikan-ikan nya nyaris tidak bisa
dipanen karena terserang penyakit turun lendir akibat suhu panas yang
menyengat.
"Enggak tau ini, kayaknya malah nggak ada yang
bisa dipanen. Larva ikan umur satu bulan malah kena turun lendir. Padahal kolam
sudah dipasang paranet (peneduh). Ikan kecil memang daya tahan nya lemah,"
tukas petani yang sudah menggeluti bisnis ikan sejak tahun 2010 itu.
Menurutnya, apa yang dia alami juga dialami oleh para
rekan sejawat sesama petani bibit ikan lele. "Yang gagal panen juga bukan
saya saja. Yang lain juga begitu. Memang lagi sulit sekarang karena cuacanya
juga kurang mendukung," tutup dia. (nai)