Perbedaan Saham Blue Chip dan Saham Gorengan
Alhasil, jika tidak cermat maka banyak investor saham
akan gagal. Hal tersebut sering dijumpai khususnya investor pemula karena salah
memilih saham.
Untuk menghindari kerugian dibisnis ini, Analis Pasar
Modal yang juga Kepala Marketing Indopremier Area Sumatra, Indra Perdana
memberikan tips dan saran.
"Pada tahap awal, hal yang harus dipahami yaitu memilih
jenis saham yang akan dibeli. Setidaknya ada tiga tipe saham yang harus
dipahami. Pertama saham first liner (Blue Chip), kedua saham second liner, dan ketiga
saham third liner (gorengan/olahan)," kata Indra.
Menurut Indra Perdana, First Liner adalah saham dengan market kapitalisasi lebih dari 50 trilyun
rupiah. Karakteristik dari saham
First Liner antara lain: Nama
perusahaan terkenal luas, Produk-produknya
sering dipakai masyarakat, Masuk
kategori perusahaan yg aman untuk di transaksikan. Contoh saham yang masuk dalam klasifikasi ini adalah UNVR, BBCA,
ASII dan TLKM.
Untuk klasifikasi Second Liner, Indra mengatakan
karakteristiknya terdiri dari: perusahaan dengan market kapitalisasi 10 - 50
trilyuh rupiah, nama perusahaan kurang dikenal publik, Produknya kurang
familiar dimasyarakat dan biasanya ratio
return yang dihasilkan lebih besar dibanding perusahaan sejenis di first liner. Selain itu, daya jual
produk beresiko kalah saing dengan perusahaan di first liner. Contohnya adalah:
KINO, ACES, AISA.
Sedangkan saham dengan klasifikasi Third Liner atau gorengan adalah saham dengan market kapitalisasi
lebih kecil dari 10 trilyun rupiah. (Meski
tak selalu menjadi saham gorengan, namun istilah ini sering dilekatkan karena
keidentikkan dan kemiripannya).
Ciri-ciri saham gorengan menurut Indra adalah perusahaan
yg sedang berkembang, namun karena market cap-nya
kecil (contoh TAXI, market cap 200 Milyar) beresiko di manipulasi oleh
sekelompok spekulan.
Saham gorengan bisa dicermati dari market cap kecil atau kurang dari 5 trilyun, pergerakan harga saham
naik tinggi saat transaksi bisa mencapai 10-20% perhari. Memiliki ciri high risk - high return, padahal untung
yg besar menimbulkan resiko yg besar pula. Karena bisa naik signifikan dalam 1
hari, maka saham gorengan juga bisa turun 10-20% pada hari yang sama.
Oleh karena itu Indra menyarankan investor retail saham yang baru untuk hendaknya
sangat dihindari hal tersebut. "Jangan greedy
(rakus), ingat prinsip utama investasi High
Risk, High Return," Ujarnya. (gsi)