Lampung Lokomotif Perekonomian Sumatera
"Daya saing daerah sangat ditentukan oleh
pemerintah dalam memberi ruang dan suasana yang konsisten kepada para pebisnis.
Saya menghargai upaya Gubernur Lampung yang luar biasa. Tetapi dari pengalaman
saya, tidak cukup hanya Gubernur yang bergerak. Para bupati harus dirangsang
kuat untuk ikut terlibat," kata Ketua Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh
Indonesia (APPSI), Syahrul Yasin Limpo, di Manasseh Meyer Building, Lee Kuan Yew School of Public Policy,
Bukit Timah, Singapura, Jumat (24/11/2017).
Pernyataan tersebut dia sampaikan terkait kenaikan daya
saing Lampung ke posisi 11 nasional hasil penelitian Lembaga pengkajian daya
saing Asia Competitiveness Institute
(ACI) National University of Singapore (NUS).
Syahrul Yasin Limpo yang juga Gubernur Sulawesi Selatan
dan Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo tampil pada sesi diskusi akademisi.
Keduanya diundang berbicara di depan para akademisi karena dinilai konsisten
meningkatkan daya saing provinsi masing-masing.
Menurut Syahrul, posisi Lampung sama dengan Sulawesi
Selatan. Lampung sebagai pintu gerbang Sumatera dan Sulawesi Selatan sebagai pintu
gerbang menuju Indonesia Timur. Pencapaian itu harus menjadi modal bagi
Gubernur Ridho dalam menjadikan Lampung sebagai lokomotif pembangunan Sumatera.
"Lampung harus jadi jembatan
Jawa-Sumatera," kata Syahrul.
Pencapaian itu, kata Syahrul, dicapai berkat kegigihan
Pemerintah Provinsi Lampung dan kepercayaan pengusaha kepada Lampung. Walaupun
pemerintahan bagus, namun tidak didukung kepercayaan pengusaha, tidak akan
menaikkan daya saing daerah.
"Itu membutuhkan pengondisian agar pengusaha
percaya. Harus win-win karena pengusaha dan pemerintah sama-sama punya
kepentingan," kata Syahrul Yasin Limpo.
Melihat makin tingginya kenaikan daya saing Lampung,
sebagai Ketua APPSI, dia menilai sudah saatnya pemerintah pusat lebih banyak
meratakan pembangunan ke daerah.
"Kekuatan Indonesia itu tidak lagi di Jakarta,
tapi di semua sudut Indonesia. Kekuatan Indonesia itu seperti apa kekuatan
provinsi. Oleh karena itu, pemerintah pusat memberikan dukungan, bukan menarik
kewenangan itu ke atas sehingga daerah bisa berkembang lebih luas," kata
Syahrul.
Pada sesi penyampaian daya saing, Gubernur Ridho
memaparkan Lampung memiliki semua syarat untuk berkembang menjadi lokomotif
Sumatera. Kondisi komparatif seperti Jalan Tol Trans Sumatera, Bandara Radin
Inten II, Pelabuhan Panjang, dan penyeberangan Bakauheni-Merak, merupakan
konektivitas yang membuat Lampung menjadi daerah tujuan investasi.
"Lampung surplus di bidang pangan seperti beras,
jagung, singkong, dan ternak. Singapura tak jauh dari Lampung dan tak lama lagi
konektivitas Lampung-Singapura akan terjalin. Kami tengah membenahi berbagai
persoalan infrastruktur dengan mengalokasikan dana besar agar industrialisasi
dan hilirisasi hasil pertanian makin berkembang. Kami komitmen menjadikan
Lampung sebagai provinsi ramah investasi," kata Gubernur Ridho.
Fokus pembangunan Lampung yakni pertanian, industri,
dan pariwisata, menurut Ridho didukung terus membaiknya keamanan. Salah satu
bentuknya, Kementerian Dalam Negeri secara konsisten menetapkan Lampung pada
posisi pertama dalam penyelesaian konflik.
"Dengan kenaikan daya saing ini, kami berharap
dapat membuat lompatan tinggi terhadap pembangunan Lampung," kata Ridho.
Sejak 2015, ACI meneliti daya saing 34 provinsi di
Indonesia dengan memakai sejumlah indikator. Hasilnya, daya saing Lampung
konsisten naik dari posisi 25, kemudian 14, dan terakhir 11 nasional. ACI
bahkan menempatkan dua indikator yakni keuangan, bisnis, dan tenaga kerja,
Lampung bahkan menyodok di posisi 9 nasional dari semula 21 pada 2015.
Kemudian, pada indikator pemerintah dan institusi publik, Lampung di posisi
delapan dari sebelumnya dari peringkat 28 nasional.
Melihat tren itu, Lampung berpeluang masuk 10 besar
daya saing nasional karena dua dari empat indikatornya berada di 10 besar
nasional. Kenaikan tajam daya saing itu, membuat ACI kini menempatkan Lampung
di zona competitiveness. Untuk itu,
Lampung harus bersaing dengan Sulawesi Selatan, Bali, Kepulauan Riau, dan
seluruh provinsi di Pulau Jawa, agar masuk 10 besar.
"Indikator daya saing ini dijadikan para pengusaha
untuk menilai apakah suatu provinsi layak dijadikan tempat berinvestasi.
Pemeringkatan yang kami buat menjadi salah satu acuan dan hasil penelitian ini
kami sebarkan ke berbagai negara sebagai kajian akademis," kata Research
Fellow and Deputy Director ACI, Mulya Amri, pada seminar tersebut.(H-Prov)
#Lampung
Lokomotif Perekonomian Sumatera #Daya Saing Lampung #Lampung Ramah Investasi #Lampung
Jembatan Sumatera-Jawa