Komunitas Peduli Masyarakat (KPM) Lampung Timur Adakan Dialog Kebangsaan
Hal itu disampaikan Muhammad Fahimul Fuad, saat menjadi
pembicara dalam dialog kebangsaan yang digelar Komunitas Peduli Masyarakat
(KPM) Lampung Timur mencegah konflik suku, agama ras, dan antargolongan (SARA),
di Balai Desa Labuhanratu 1, Wayjepara, Kabupaten Lampung Timur, Kamis
(28/12/2017).
Fahimul Fuad mengatakan, perbedaan adalah rahmat Tuhan
dan wajib disukuri. Karena, dengan adanya perbedaan itu bisa saling mengenal
dan menyayangi bukan saling memusuhi.
Selain Ulama Lampung Muhammad Fahimul Fuad M. Sy, hadir
juga sebagai narasumber Bripka Bambang Nur Baskoro dari Satbinmas Polres
Lampung Timur, mewakili Kapolres AKBP Yudi Chandra Erlianto, Dr Jamaludin Yakub
akademisi dari STAI Darusalam Lampung Timur, dan Camat Way Jepara Supriyanto,
mewakili Bupati Lampung Timur Chusnunia Chalim.
Dialog dimoderatori Ketua Pemuda Muhamadiyah Lampung
Timur Latiful Mufti. Peserta dialog adalah kepala Desa Labuhanratu 1 Nanang
Widodo dan jajaranya, masyarakat Desa Labuhanratu 1, tokoh agama dan tokoh
masyarakat, ormas, mahasiswa, serta anggota
PMII Lampung Timur dan mahasiswa UNU Lampung.
Camat Way Jepara Supriyanto, memaparkan daerahnya
terdiri dari warga yang berlatar suku dan agama yang berbeda. Daerah yang
ditempati banyak suku dan agama, menurut dia, memiliki potensi konflik sosial
yang tinggi. Sehingga, adanya dialog pencegahan konflik dalam upaya mencegah
konflik SARA sangat pas dilaksanakan di daerahnya.
Supriyanto mengatakan, Pemkab Lampung Timur terus
menciptakan daerah yang kondusif. Caranya dengan meminta warga hidup toleran
terhadap setiap perbedaan. Dia pun meminta dukungan para tokoh agama, tokoh
masyarakat, ormas, pemuda, warga untuk menciptakan ketentraman.
Sedangkan pembicara lainnya, Jamaludin Yaqub meminta
setiap umat mendalami agamanya dengan baik. Karena, pengaruh pemahaman agama
yang baik menjadikan umat lebih toleran dan tidak radikal.
"Jika kedekatan dengan Tuhan sudah ada maka emosinya akan terjaga, kalau orang tidak
emosi maka efeknya akan tidak gampang menyalahkan pemeluk agama lain. Tidak
akan mengkafirkan orang lain, tidak gampang menyalahkan orang lain dan selalu
berpikiran positif," ujar dia.
Menurutnya, tidak ada ajaran agama manapun yang
mengajarkan permusuhan dan kebencian. Dia meyakini jika nilai-nilai agama
dijalani dengan baik maka pesan-pesan kerukunan di tengah masyarakat bisa
tercapai.
Sementara itu, Bripka Bambang Nurbaskoro mengatakan,
masyarakat harus belajar dari kasus konflik SARA yang pernah terjadi. Menurut
dia, konflik sosial yang terjadi berdampak pada kerusakan yang besar baik
mailateril dan imateril.
Dia pun meminta agar kejadian-kejadian konflik berlatar
SARA tidak terjadi lagi. Sehingga, masyarakat harus saling menjaga, saling menghormati
di tengah kehidupan masyarakat. Bambang pun meminta masyarakat mewaspadai trend
informasi yang tidak benar atau berita hoax. Caranya dengan klarifikasi,
sehingga tidak terjadi salah paham di antara masyarakat.