Jumlah Penderita Gizi Buruk di Kabupaten Lampung Tengah Mengkhawatirkan
Gambar: Ilustrasi. Sumber: Dakta |
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang
disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama, akibat
pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi
mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
Dari data Kementerian Koordinator Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK RI), tahun 2016
yang dirilis pada 2017, jumlah penderita stunting di Kabupaten Lampung Tengah mencapai 59.838 jiwa.
Faktor utama yang menyebabkan tingginya jumlah
penderita stunting/anak tidak tumbuh dengan normal, atau gizi buruk, ialah
ekonomi.
Banyaknya warga daerah tersebut yang memiliki tingkat
perekonomian rendah, menyebabkan ketidakmampuan orang tua untuk mencukupi kebutuhan
pangan dan kurangnya asupan gizi ibu hamil dan anak balita di keluarganya.
Data Kemenko PMK RI menyebutkan, jumlah penduduk miskin
di Kabupaten Lampung Tengah mencapai 165.670 jiwa.
Pengamat Ekonomi Universitas Bandar Lampung (UBL),
Syahrir Daud mengatakan, ekonomi adalah lingkaran setan. Semua permasalahan
seperti stunting, gizi buruk, pendidikan rendah, angka kejahatan meningkat,
semua dipengaruhi oleh lemahnya ekonomi warga, atau masih banyak penduduk yang
hidupnya masih berada dibawah garis kemiskinan
"Urusan perut rakyat harus dipikirkan, pemerintah
harus memikirkan bagaimana bisa sustainable mengangkat kesejahteraan
masyarakat," jelasnya.
Terkait adanya warga yang menderita stunting,
pemerintah harus memberikan perhatian khusus.
Selanjutnya, jika kemiskinan penduduk tidak segera
ditanggulangi, maka otomatis akan terjadi multiplier effect akibat gizi buruk
itu, pertama ialah menurunnya kualitas sumber daya manusia, akan membengaruhi
fisik, mental, rendahnya pendidikan akan berdampak pada kebodohan warga yang
berada di lingkaran garis kemiskinan.
Pemerintah harus mencari solusinya, bagaimana membantu
untuk mengangkat ekonomi warganya, melalui ekonomi mikro, ekonomi kerakyatan,
dan memberikan banyak lapangan pekerjaan, maupun sumber ekonomi lainnya.
Jangan memberikan bantuan-bantuan yang sementara saja,
ini tak akan menyelesaikan masalah, harus berkelanjutan.
Pemerintah yang mempunyai porsi kebijakan harus
mengatasinya, ini bukan hal yang mudah. Jika dibiarkan terus menerus, maka
jumlah penduduk miskin akan semakin meningkat. Pihak terkait harus turun
tangan.(***)