Masyarakat Peduli Demokrasi Nilai Adanya Purwanti Lee di Kampanye Arinal-Nunik Munculkan Masalah Besar
"Dasril
menggunakan kacamata kuda. Apapun yang dilakukan Purwanti Lee dibelanya dan
menganggap orang lain tidak waras. Dasril tidak mempertimbangkan aspek lain.
Bahkan, kalangan yang berpijak pada moral pun dianggapnya tidak waras seperti
halnya kalangan akademisi," ujar Khaidir.
Padahal,
di tengah minimnya orang-orang yang netral dan independen saat ini, semestinya
kalangan akademisi menjadi pijakan moral tertinggi.
"Kalau
akademisi sudah tidak didengar lagi bagaimana mungkin orang bisa berteriak
tentang moral. Apakah dari politisi seperti Dasril?" tanya Khaidir.
Masyarakat
Peduli Demokrasi, lanjut Khaidir, memiliki sejumlah alasan mengapa keterlibatan
Purwanti Lee jadi masalah oleh masyarakat.
"Pertama,
dari yang disebutkan kalangan akademisi bahwa di tengah ada persoalan masalah
pajak, kenapa ada paslon yang membuka pintu pada keterlibatannya di kampanye.
Ini kan jadi pertanyaan? Wajar dong masyarakat mempertanyakan masalah ini.
Kenapa dibilang Dasril tidak waras?" ungkap Khaidir.
Faktor
kedua, lanjut Khaidir, saat ini, keterlibatan pemodal terhadap pasangan calon
yang mengikuti Pilkada selayaknya mengikuti budaya dan nilai-nilai yang ada
pada masyarakat. Masyarakat tetap membutuhkan independensi paslon yang mandiri
yang tidak terikat pada kepentingan permodalan.
"Kalau
ini dibiarkan maka rentan terjadi balas jasa ketika seorang paslon sudah
terpilih. Dia akan lebih memikirkan untuk membalas jasa. Apalagi biaya yang
dikeluarkan sudah sangat besar," kata Khaidir.
Faktor
ketiga, terkait pendidikan politik. "Pasangan calon itu muncul karena
memang mereka layak untuk dipilih rakyat. Bukan karena mereka ada uang,
termasuk dari pihak-pihak yang membiayainya. Kalau uang dikedepankan maka akan
rentan terjadi money politics. Ingat! Money politics!" tegas Khaidir.
(TIM)