Perguruan Tinggi Berperan Penting Dalam Melancarkan Dialog Multikultural
“Dalam hal ini, perguruan tinggi perlu membina
mahasiswanya untuk saling menghormati dan menghargai perbedaan. Apa lagi
muktikulturalisme merupakan sebuah warisan budaya yang perlu dihadapi,” ujar
Pjs Gubernur Didik pada acara Dialog Nasional II Indonesia Maju di Convention
Hall Mahligai Agung Universitas Bandar Lampung, Senin, 14 Mei 2018.
Menurutnya, langkah awal yang perlu diambil dalam
mengaktualisasi konsep kebangsaan dalam konteks penginduviduan dapat langsung
dengan memupuk kebangsaan berbangsa bernegara. Khususnya di antar generasi muda
pluaralisme, lebih baik dikembangkan melalui pendekatan budaya hingga melalui
agama.
“Saya menilai sangat pentingnya peran budaya dalam
persatuan masyarakat Indonesia yang majemuk. Mengingat terdapat banyak budaya
yang ada di Indonesia. Namun, nilai-nilai ilmu dari masyarakat Indonesia relatif
sama dari Sabang sampai Marauke,” jelasnya.
Foto katalampung.com: Pembawa Acara Effendy Ghazali (batik, kiri) dan Pembicara Pada Dialog Nasional II di Kampus UBL, Senin (14/5) |
Lebih lanjut, Pjs Gubernur mengatakan, berkebangsaan memiliki arti penting dan strategis. Mengingat belakangan ini bangsa Indonesia telah mengalami ujian yang dapat menggali rasa semangat dan jiwa persaudraan bangsa Indonesia.
Kegiatan dialog kebangsaan atau dialog nasional seperti
yang dilaksanakan sekarang ini dapat dijadikan sebagai momentum sekaligus
menjadi forum yang bermanfaat untuk berdialog, bertukar pikiran, dan mencari
solusi bagi upaya membangun kehidupan kerukunan umat beragama yang lebih baik.
“Di era globalisasi sekarang, pemerintah dan masyarakat
hendaknya bersama-sama mengisi ruang-ruang bermasyrakat berbangsa dan bernegara
dengan pemahaman yang tidak sempit. Saya mengajak semua daerah dapat bersinergi
dengan kelompok kerja Revolusi Mental dalam mengupayakan karakter bangsa yang
merupakan kerja tanpa henti selama republik ini ada.”
“Mengutip pidato Bung Karno ketika menjelaskan tentang Sila
Ketuhanan pada 1 Juni di dalam Sidang BPUPKI, yang pada intinya menegaskan pada
prinsipnya bukan saja bangsa Indonesia bertuhan tetapi masing-masing orang Indonesia
hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri,” ungkap
Didik.
Pada prinsipnya, kata Pjs Gubernur, negara Indonesia adalah
negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dan beribadah dengan cara
yang leluasa. Pada prinsipnya, segenap rakyat hendaknya meniadakan egoisme agama.
Pada prinsipnya, berbudi pekerti luhur berhadapan dengan sikap saling hormat menghormati
sesama pemeluk agama dan budaya.
“Untuk itu agama dalam pembangunan manusia dan kebudayaan
merupakan pembangunan agama yang dapat untuk memberikan kekuatan pendorong kemajuan.
Memberikan landasan masyarakat yang berakhlak dan beretika, yang mampu
mewujudkan kehidupan masyarakat yang penuh toleransi, tenggang rasa, Berbhineka
Tunggal Ika dalam pencapaian bersama,” tutup Pjs. Gubernur Didik Suprayitno.(Cholik)