Seminar Bank Sampah Magenta STIE Gentiaras, From Trash To Cash

KATALAMPUNG.COM - Persoalan sampah, menjadi menarik untuk dibicarakan. Bagaimana tidak, bagi mereka yang tidak bisa melihat peluang, sampah adalah sesuatu yang layak untuk dimusnahkan. Tetapi bagi mereka yang memiliki inovasi dan kreatifitas, sampah bisa disulap menjadi uang. Namun, tidak segampang itu, sampah harus dikelola dengan baik dan benar. Salah satunya adalah dengan Bank Sampah.


Seminar Bank Sampah Magenta STIE Gentiaras, From Trash To Cash


Menyikapi persoalan persampahan ini, Mahasiswa Generasi Pencinta  Alam (Magenta)  STIE Gentiaras mengadakan Seminar Bank Sampah         "From Trash To Cash - Dari Sampah Menjadi Uang" Sabtu 12 mei 2018.

Seminar ini mengupas tentang pengelolaan sampah di Indonesia khususnya di Bandarlampung serta cara penangananya dengan sistem Bank Sampah. Selain itu dilaksanakan juga praktek tentang penerapan tata cara manajemen pengelolaan sampah terpadu dengan sistem Bank Sampah.

“Kegiatan ini untuk meningkatkan kesadaran bersama akan pentingnya kebersihan lingkungan dan pemanfaatan peluang.  Dengan tujuan untuk menjadikan pemuda yang kreatif,  inovatif,  produktif,  dan peduli terhadap lingkungan,” ujar Stefanus Widhi Pranoto selaku Ketua Pelaksana Seminar yang dilaksanakan di Kampus STIE Gentiaras, Bandarlampung.

Widhi mengatakan, dengan Bank Sampah akan tercipta produk daur ulang sehingga sampah yang ada menjadi lebih bernilai dan tertanggulainya masalah sampah.

“Saya sebagai ketua pelaksana kegiatan Seminar Bank Sampah berharap kedepannya,  aplikasi dari seminar bank sampah ini dapat dijadikan batu loncatan awal. Khususnya untuk kami sendiri, untuk dapat memulai aksi pengelolaan sampah terpadu yang bernilai ekonomis dan tentunya dapat mengurangi problem sampah khususnya di Bandarlampung,” ucap Widhi.

Sementara itu, pembicara pada seminar ini, Mashabi dari LSM Mitra Bentala dan penggiat lingkungan dari Panjang Utara mengatakan, sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. 

“Sampah, dihasilkan dalam kehidupan sehari-hari dari lingkungan sekitar RT, bahkan juga sampah dihasilkan dari perindustrian yang beranekaragam banyaknya. Keduanya sangat merugikan jika tidak dikelola dengan benar,” kata Mashabi.

Menurutnya, sampah biasanya dikelola dengan konsep buang begitu saja.  Buang bakar, dan gali tutup.

“Ternyata pengelolaan seperti ini tidak memberikan solusi yang baik. Ditambah faktor pelaksanaannya yang tidak disiplin. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menjelaskan tentang prinsip dalam mengelola sampah adalah reduce,  reuse dan recycle,” jelas Mashabi.

Acara yang diikuti sekitar 100 peserta ini terdiri dari beragam elemen masyarakat yakni pelajar, sispala, mapala, KPA,  serta penggiat lingkungan di Bandarlampung dan sekitarnya. Dengan antusias mereka mengikuti dan menanggapi persoalan Bank Sampah ini.

Salah satunya adalah Putri, delegasi OSIS SMK Kridawisata Urip Sumarjo,  “aku pribadi seneng karena ada seminar tentang pengelolahan sampah seperti yang kakak-kakak mahasiswa pecinta alam Gentiaras adain ini,  karena lewat seminar ini aku jadi lebih tahu kalau ngumpulin sampah ternyata bisa nambahin uang jajan lewat bank sampah.”

“Tentunya aku bersyukur banget,  karena di sekolah, temen-temen OSIS juga mau mengadakan kegitan seputar aksi penanganan sampah khususnya di sekolah. Jadi aku makin tahu tentang sampah serta tindaklanjutnya untuk pengaplikasian sampah selanjutanya,” ucap Putri.(Cholik)
Diberdayakan oleh Blogger.