Dimana Engkau Semangat Pancasila
Efi Hardianto |
Benar,
bahwa pada saat tanggal 1 Juni 1945 itu Soekarno mengusulkan nama dasar negara
kita dengan nama "Pancasila".
Pancasila
sebagai ideologi dan spirit bagi masyarakat Indonesia, malah dicederai dengan
berbagai praktik yang justru mengaburkan nilai luhur pancasila itu sendiri,
seperti tebang pilih penegakan hukum, maraknya pembegalan, anarkisme, narkoba,
prostitusi dari kalangan muda, penodaan agama, hingga permasalahan kesenjangan
sosial.
Bila
kini masalah suku dan agama kembali dipersoalkan dalam urusan pemilihan,
pertanda ada kuman degeneratif yang melunturkan semangat kebangsaan kita. Ketegangan
etno-religius ini harus dipandang sebagai gejala permukaan dari endapan
penyakit yang menyerang sistem saraf Pancasila. Dan yang paling mudah
terdeteksi dari tendensi kelunturan itu terjadi pada pengamalan sila ketuhanan.
Merebaknya
kekerasan bernuansa agama merupakan letupan dari kecenderungan pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan ketuhanan yang tidak berkebudayaan. Seperti yang
saat ini sedang marak aksi teror di negara kita, kejadian itu semua sangat
tidak memancarkan semangat rahmatan lilalamin (kasih sayang bagi seru sekalian
alam) Karena sudah tidak lagi merasakan dan menerapkan ideologi Pancasila.
Masalah-masalah
tersebut merupakan representasi dari generasi sekarang yang tidak senasionalis,
para pendiri bangsa ini yang rela berkorban membela bangsa dan Negara. Semangat
nasionalismenya menjadi hilang karena membawa dan menggunakan paradigma
egoistik dari suku bangsanya atau budayanya untuk membangun kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Padahal
sejarah mencatat, Indonesia terbentuk berawal dari kesadaran yang sama, karena
mereka semua mengalami penjajahan dan penderitaan yang relatif sama. Dengan
kesadaran itu, mereka bersatu membawa semangat yang sama, bebas dari segala
penindasan. Namun, dengan mudah, generasi sekarang mencoreng citra semangat
pendiri dengan mencaplok idealisme egoistik yang menurutnya dapat meningkatkan
martabat bangsa dan negara.
Masalah-masalah
tersebut menunjukkan bahwa Pancasila telah dipinggirkan dari tatanan kehidupan
nyata berbangsa dan bernegara.
Hilangnya
spirit nilai-nilai Pancasila ini kalau tidak secepatnya dipulihkan keluhuranya
oleh negara, maka bisa jadi akan mematikan karakter dan nasionalisme anak
bangsa yang berujung pada hilangnya jati diri bangsa. Namun tentu tak mungkin
jika hanya mengharapkan peran tunggal Negara, harus ada keterlibatan semua
pihak.
Pancasila,
seharusnya bukanlah sekedar diperingati dengan kegiatan seremonial para pejabat
dan para elit politik. Pancasila adalah dasar negara, dan spirit dari
nilai-nilai dasar bangsa yang harus terwujudkan dalam praktek kehidupan sehari-hari,
khususnya oleh mereka, para pejabat, elit politik di negeri ini dan kita semua.
Agar
Pancasila dapat benar-benar dirasakan oleh rakyat, sebagai sesuatu yang amat
bermakna dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis, adil,
sejahtera dan bebas dari segala bentuk praktek manipulasi. Semoga dengan ini
dapat kita temukan kembali spirit yang hilang tersebut.
Dimana Engkau Semangat Pancasila
Oleh: Efi Hardianto
Ketua Bidang Organisasi PC IMM Pringsewu