Aat: Djoko Santoso Layak Jadi Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Sandi
![]() |
Wartawan senior Aat Surya Safaat (kiri) bersama mantan Panglima TNI Djoko Santoso (kanan) |
“Sepanjang yang saya
amati, Djoko Santoso adalah jenderal yang sangat berdedikasi, mempunyai kemampuan
lobi yang mumpuni, dan bisa diterima di semua kalangan, tetapi dia dikenal tetap
rendah hati dan tidak suka menonjolkan diri,” katanya di Jakarta, Rabu (12/9).
Penulis buku “Djoko Santoso Bukan Jenderal Kancil” itu
mengemukakan keterangan tersebut menanggapi penunjukan Djoko Santoso sebagai
ketua Tim Pemenangan Pasangan Prabowo-Sandiaga pada Pilpres 2019 sebagaimana
dikemukakan Prabowo pada ulang tahun Djoko Santoso pecan lalu.
Aat lebih lanjut
mengemukakan, Djoko Santoso adalah sosok yang bisa berpikir jernih dan tajam
untuk berbagai urusan, mulai dari strategi tempur, manajemen pengelolaan massa,
reformasi TNI, penciptaan perdamaian, sampai mendorong kembali gerakan Keluarga
Berencana (KB) Nasional.
“Djoko Santoso juga
berpegang pada adagium jawa ‘Sepi ing
pamrih rame ing gawe’, alias karya nyata yang diutamakannya ketimbang
berwacana sampai berbusa-busa di depan media untuk kepentingan pencitraan,”
kata mantan Direktur Pemberitaan Kantor Berita ANTARA yang juga pernah menjadi
Kepala Biro ANTARA di New York itu.
Menurut Aat, Djoko Santoso
sendiri berulangkali menyatakan ingin memberikan kontribusi nyata dalam
membayar hutang sejarahnya sebagai rakyat yang meniti karier militer mulai dari
bawah hingga menduduki posisi tertinggi di TNI, yakni sebagai Panglima TNI.
Ia juga menjelaskan, Djoko
Santoso adalah tokoh yang mampu meredam konflik di Ambon pada 2002. Sebelumnya
banyak kalangan berpendapat, konflik berdarah-darah yang bernuansa SARA dan
sangat mengerikan itu akan selesai dalam 50 tahun.
Dua Pangdam XVI/Pattimura
sebelumnya gagal meredam konflik tersebut. Tetapi ketika Djoko Santoso menjadi
Pangdam Pattimura, konflik Ambon dapat diselesaikan dalam enam bulan.
Para tokoh agama di Ambon,
apakah Kristen, Katolik atau Islam mengakui prestasi gemilang putera Solo
kelahiran 8 September 1952 itu.
Sebelumnya, saat menjadi
Danrem 072/Pamungkas di Yogya pada 1998, Djoko Santoso juga berhasil menjadikan
demo sejuta massa untuk menjatuhkan Soeharto berjalan aman dan damai, bahkan
tak satupun kaca retak, sementara Jakarta, Makassar, bahkan Solo saat itu
bergolak, rusuh, dan mencekam.
Tentang
Djoko Santoso, Ketua Umum PBNU KH Said Agil Siraj beberapa kali mengatakan, Djoko
Santoso adalah jenderal yang bersih dari pelanggaran HAM dan korupsi. Dia juga adalah
tokoh di balik reformasi TNI. Dia juga bisa tegas terhadap Malaysia, bahkan terhadap
Amerika, saat menjabat sebagai Panglima TNI.(*)