Ini Yang Akan Dibahas Pada Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018
Melalui siaran pers, Rabu
(5/9), Bank Indonesia mengatakan momentum ini akan menjadi kesempatan bagi
Indonesia untuk menunjukkan kemajuan yang telah dicapai. Hal ini mengingat Indonesia
sebagai negara dengan perekonomian yang telah bereformasi (reformed), memiliki daya tahan (resilient)
serta progresif (progressive).
Isu-isu utama yang akan
dibahas pada IMF-WB 2018 mencakup:
Pertama, penguatan International Monetary System (IMS).
Normalisasi kebijakan moneter negara maju berdampak terhadap kestabilan sistem
keuangan dunia. Berbagai negara khususnya negara berkembang perlu memahami
dampak langkah kebijakan normalisasi yang ditempuh negara maju sehingga dapat
memitigasi potensi risiko yang mungkin timbul.
Salah satu mitigasi yang
menjadi fokus bahasan adalah sinkronisasi kebijakan normalisasi yang ditempuh
negara maju dan respons yang dilakukan negara berkembang melalui penguatan Global Financial Safety Net (GFSN)
dengan mendorong kolaborasi antara GFSN dan Regional
Financing Arrangements (RFA).
Kedua, ekonomi digital.
Perkembangan ekonomi digital dipengaruhi oleh berbagai risiko. Untuk itu,
terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dan akan mengemuka dalam
pembahasan Pertemuan Tahunan 2018, antara lain dampak ekonomi digital terhadap
perekonomian, sistem pembayaran, central
bank operation, cross-border
arrangement and collaboration.
Isu ini menjadi pembahasan
pula dalam rangkaian kegiatan Pertemuan Tahunan 2018.
Ketiga, negara berkembang tengah menghadapi
kebutuhan pembiayaan pembangunan
infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Peran
serta pihak swasta untuk mendukung pembiayaan pembangunan infrastruktur menjadi
salah satu kunci sukses.
Pembahasan isu ini dalam
Pertemuan Tahunan 2018 diharapkan dapat menghasilkan kerangka kebijakan yang
jelas dan konsisten, tata kelola yang baik, iklim usaha yang mendukung, serta
inovasi model pembiayaan infrastruktur, sehingga dapat meningkatkan peran
swasta dalam pembiayaan infrastruktur.
Keempat, penguatan aspek ekonomi dan keuangan
syariah. Ekonomi dan keuangan syariah mempunyai peran yang
cukup signifikan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, baik
di negara maju maupun negara berkembang.
Instrumen keuangan syariah
seperti sukuk maupun yang berbasis zakat dan wakaf berpotensi mendukung
pertumbuhan ekonomi sebagai sumber pembiayaan infrastruktur.
Saat ini negara-negara
Islam di Asia dan Timur Tengah telah menyusun International Standard for WAQF yang diharapkan dapat mendukung
perkembangan ekonomi keuangan syariah. Pertemuan Tahunan 2018 juga menjadi
kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan kemajuan dalam ekonomi dan keuangan
syariah.
Kelima, isu-isu terkait sektor fiskal,
yaitu urbanisasi, ekonomi digital, human capital, manajemen risiko bencana,
perubahan iklim, dan pembiayaan infrastruktur.
Kegiatan Pertemuan Tahunan
2018 diharapkan dapat menjadi momentum strategis pembahasan isu-isu yang
dihadapi berbagai negara di kawasan Asia, khususnya Indonesia sekaligus sebagai
kesempatan untuk menunjukkan perekonomian Indonesia yang reformed dan resilient.
Selanjutnya, pembahasan
isu utama tersebut diharapkan dapat menghasilkan langkah-langkah signifikan
untuk meningkatkan ketahanan ekonomi Indonesia.(bi/dde)