Salut.. !!! India dan Bangladesh Ingin Belajar Penyelenggaraan Haji Indonesia
KATALAMPUNG.COM
– Sebagai Negara yang memiliki Jemaah Haji terbanyak di dunia, Indonesia
mendapat apresiasi dari berbagai Negara. Hal ini dapat dilihat dari keinginan
India dan Bangladesh yang tertarik untuk bertukar informasi perihal
penyelenggaraan ibadah haji.
Suasana di Masjid Nabawi, Madinah, Jumat (07/09) malam. Sumber: Kemenag |
Keinginan itu dilakukan
dengan melakukan kunjungan kepada Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab
Saudi Daerah Kerja Madinah. Pada Kamis (6/9) waktu Saudi tim misi haji
Bangladesh melakukan kunjungan di Madinah. Sehari sebelumnya, penyelenggara
haji India juga melakukan kunjungan serupa ke Daker Madinah.
Sebagaimana dilansir dari
laman Kementerian Agama, Tim Media Center Haji (MCH) Madinah melaporkan, kedua
negara tersebut tertarik bertukar informasi dan mengapresiasi terhadap
penyelenggaraan haji Indonesia dengan jumlah jemaah terbesar di dunia, namun
mampu mengatur secara baik dan tertib.
Seperti dikatakan oleh
perwakilan misi haji Bangladesh, ABN Amin Ullah Nuri, pihaknya mengapresiasi
dan ingin tahu bagaimana penyelenggaraan haji Indonesia dengan jumlah yang
begitu besar, tapi bisa berjalan dengan lancar, mulai dari pendaftaran sampai
dengan pelaksanaan di Saudi.
"Sebenarnya studi
banding seperti ini sangat kita butuhkan dalam rangka menggali juga bagaimana
pelayanan jemaah mereka. Sehingga ketika kita menemukan hal-hal yang perlu
diperbaiki, maka kita bisa sharing bersama untuk perbaikan ke depan," ujar
Kadaker Madinah, Mohammad Khanif.
Khanif mengatakan, dengan
pertemuan kedua negara, baik Indonesia maupun Bangladesh atau negara Asia
lainnya, akan banyak tahu apa perbedaan yang paling mendasar antara Indonesia
dengan negara lain dalam hal penyelenggaraan haji.
Seperti contoh Bangladesh,
sistem penyelenggaraan mereka berbeda dengan Indonesia. Kalau Bangladesh lebih
banyak haji khususnya (dikelola swasta) ketimbang reguler (pemerintah). Haji
khusus mereka mencapai 100 ribu lebih, sementara haji reguler hanya 7.000
jamaah.
"Justru kebalikan
dari Indonesia, yang lebih banyak mengelola ibadah reguler ketimbang
khusus," ucap Khanif.
Sedangkan untuk biaya haji
reguler atau dikelola pemerintah lebih besar yakni sekira Rp 60 juta, ketimbang
swasta di bawah angka itu, tergantung dari masing-masing tipe atau golongannya.
"Kenapa tarif haji
pemerintah Bangladesh lebih mahal dari swasta, karena pemerintahnya menggunakan
hotel di Markaziah, sementara swasta lebih murah karena hotel di luar
Markaziah," tuturnya.
Berbeda lagi dengan India,
dimana sistem penyelenggaraan hajinya lebih unik lagi, yakni melalui sistem
undian. Menurut Khanif, India itu sistem pemberangkatan jemaahnya ditentukan
melalui sistem undian. Sementara untuk Indonesia sistem pemberangkatan jemaah
secara berurutan, yakni disesuaikan dengan nomor antrean awal pendaftaran.
"Melihat sistem
tersebut dianggap bagus, India tertarik, katanya tahun depan akan mencontoh dan
mengubah model pemberangkatan jemaahnya," terang Khanif.
Seperti diketahui, petugas
haji Bangladesh berjumlah 200 orang termasuk keagamaan dan kesehatan. Berbeda
dengan Indonesia yang jauh lebih besar yakni mencapai 4.100 petugas.
Terkait Indonesia kerap
mendapat kunjungan negara lain, menurut Khanif hampir setiap tahunnya mendapat
kunjungan serupa dari negara Asia tersebut dan Malaysia yang paling sering
berkunjung.(kma/dde)