Nutrisi untuk Lansia Prasejahtera di Panjang
KATALAMPUNG.COM - Kami
disambut gerimis ketika memasuki jalan menuju Kampung Teluk Harapan dan Rawa
Laut Kelurahan Panjang Selatan pada Jum'at, 02 November 2018.
Deretan kafe dan tempat
karaoke seakan memberitahu bahwa denyut kehidupan penduduknya masih ada,
terutama ketika senja tiba, ornamen lampu warna-warni dan dentuman musik
menjadi sajian wajib dilokasi ini.
Diantara deretan bangunan
tersebut, sesekali melintas pria paruh baya mendorong gerobak drigen air.
Kampung ini juga menjadi
lalu lintas warga yang akan memancing. Ada dua dermaga yang digunakan untuk
kapal membuang sauhnya.
Bahkan kapal-kapal
tersebut digunakan untuk antar jemput awak kapal tongkang yang tak bisa merapat
karena dangkalnya pantai.
Aroma air laut mulai
terasa ketika memasuki gang sempit Kampung Rawa Laut. Tim Global Zakat ACT
Lampung menemui Bapak Supardi.
Pria 73 tahun ini setiap
hari harus bertahan dibawah terik matahari untuk mengambil sampah plastik
dipinggir pantai.
Sampah plastik dibersihkan
kemudian dijual kembali. Dalam sehari hanya mampu mengumpulkan 5 kg sampah.
Dengan penghasilan dibawah
20 ribu perhari, dirinya harus merawat 2 cucunya. Salah satunya Sela (12 tahun)
harus rela ditinggalkan ayah dan ibu sejak kecil.
Kedua orang tuanya
meninggal dunia. Kini cucu Pak Supardi tersebut bersekolah di Pesantren tidak
jauh dari rumah tersebut..
Setelah berbincang dengan
Pak Supardi, relawan Global Zakat menyerahkan sepaket nutrisi Nasi, Pecel Lele,
Sambal dan Lalapan.
Rasa syukur terus
disampaikan kepada hamba Allah yang dengan ikhlas mengirim makanan tersebut.
“Sehari-hari nyerokin sampah plastik di
pantai. Sehari paling banyak dapat 5 kg. Hanya itu yang menopang hidup kami
sekeluarga. Rumah ini ditinggali 4 orang, cucu saya (Sela) Yatim Piatu, Sekolah
di Pesantren sebelah sana yang biayanya terjangkau, ” tuturnya.
Tak berselang lama,
relawan tiba dikediaman Mbah Nurmadi (63 tahun). Kami diajak memasuki rumah
papan sangat sempit. Pengalamanya menjadi tukang becak tak terlupakan.
Meski sudah bertaruh otot,
pekerjaanya tak membuahkan hasil. Akhirnya dirinya banting stir memelihara
kambing sejak tahun 2004.
Berbekal modal sepasang
kambing dari orang yang dikenalnya, kini Mbah Nurmadi menggantungkan hidup dari
bagi hasil kambing peliharaanya.
Meski makan dan kehidupan
yang terbatas, pria berusia 63 tahun tetap semangat menjalani hidup sendirian
dirumah.
“Anak saya sudah
berkeluarga tinggal jauh dari sini, istri saya sudah meninggal dunia tahun
2000, Setiap hari ngarit, cari rumput
kira-kira sejam pulang pergi dari sini, tapi mbah bersyukur semoga panjang umur
semua. Makanan ini saya terima,” ucapnya sambil terisak.
Hal senada juga
diceritakan Mbah Sri Maryamah yang
beralamat di RT II Lingkungan 1 Kampung Rawa Laut Panjang Selatan
Kecamatan Panjang.
Bertahan hidup dirumah
papan tepat pinggir pantai Teluk Harapan, Mbak Sri hanya menggantungkan hidup
dari berjualan toko kelontong kecil-kecilan, itupun sepi pembeli.
Cuaca panas membuatnya
hanya termangu diteras rumah beralas papan. Deburan ombak sayup-sayup
terdengar. Mbah Sri duduk sendirian dikursi sofa usang. Beberapa bagian sofa
itu tampak mengelupas.
Wanita 69 tahun ini
mengaku makan sayur nangka sejak pagi. Tekstur keras dan rasa hambar semakin
membuat harinya pilu.
Namun gelak tawa tampak
ketika relawan menyodorkan paket nutrisi. Suapan demi suapan membuat debur
ombak terasa semakin syahdu.
Mbah Sri Maryamah sosok
tegar menjalani masa tua dikawasan ex lokalisasi tersebut.
“Alhamdulillah ada yang
nganter makanan, Mbah ini tak ada yang perhatian lagi. Mbah hanya bisa pasrah,”
ucapnya sambil berlinang air mata.(rls/act)