Desindo: Bank Lampung, Terus Berbenah Gerakkan Roda Ekonomi Lampung!
KATALAMPUNG.COM - Terpaut
sehari, Ketua Dewan Pembina Yayasan Desapolitan Indonesia (Desindo) Dr Andi
Desfiandi MA memberi catatan khusus menanggapi perayaan hari jadi Bank Lampung,
Kamis (31/1/2019), kemarin.
Melalui keterangan pers,
analis ekonomi digital ini mengungkapkan, menapaki performansi industri jasa
keuangan nasional, kini tantangan terbesar bukan lagi disrupsi ekonomi akibat
arus utama imbas Revolusi Industri 4.0 semata, namun terbarukan dengan inisiasi
dini Jepang meluncurkan platform Society 5.0 pada 21 Januari 2019 lalu, yang
juga disebutnya pantang luput dari amatan.
Dijelaskan, guna
mewujudkan visi mulia menjadi bank berdaya saing tinggi dan kuat serta
berkontribusi signifikan bagi pertumbuhan dan pemerataan ekonomi daerah yang
berkelanjutan, sejumlah antisipasi menghadapi volatilitas ekonomi baik
regional, nasional dan alih-alih di tingkat global, menilik progres tiga tahun
terakhir, Bank Lampung cukup energi menuntaskan proses transformasinya.
Membidik tiga sasaran
--peningkatan daya saing, penguatan ketahanan kelembagaan dan peningkatan
kontribusi bank daerah terhadap perekonomian daerah, secara integrasi switching sebagaimana platform
Transformasi 2015, mengharuskan Bank Lampung adaptif dengan percepatan dinamika
pasar.
"Munculnya aras jenis
pekerjaan baru berbasis digital yang lebih human-center
oriented ala Society 5.0 ini, saya kira harus pula bisa ditangkap peluang
emas terkait pendanaannya termasuk oleh Bank Lampung," ucap dia,
didampingi sekretaris umum Desindo Ahmad Muslimin.
Terhitung cukup umur, kata
Andi, bank yang beroperasi pertama kali 31 Januari 1966 berdasar Pasal 3 UU
13/1962 itu seperti termaktub dalam Perda Lampung No. 10A/1964 (1 Agustus 1964)
tentang Pembentukan BPD Lampung dan disahkan dalam SK Mendagri tertanggal 26
Juli 1965, mesti masif lagi memperkuat lini sosialisasi dan edukasi publik.
"Masyarakat harus
terus-menerus diedukasi. Literasi keuangannya wajib terus diperkaya. Masih
banyak yang belum familiar terkait apa itu BPD One, bagaimana ragam kemudahan
syarat KUR Bank Lampung, juga kebutuhan capaian target agregat pembiayaan produktif
ideal bank daerah di wilayah berpenduduk hampir 10 juta jiwa, dan
lainnya," ujar dia.
Pria parlente yang juga
penggerak Innovator Indonesia 4.0 Xtended
Chapter Lampung ini menautkan misal, dengan besaran penaikan aset perbankan
di Lampung hingga Juli 2018 mencapai Rp74,73 triliun, naik Rp4,01 triliun dari
Desember 2017 sebesar Rp70,72 triliun, mestinya keleluasaan prudensial bank
daerah dalam upaya pemerataan aksesibilitas kapital rakyat guna menopang
pertumbuhan ekonomi daerah bisa lebih besar dari kinerja positif saat ini.
Andi merujuk data total
kredit tersalur 81 bank di Lampung hingga Juli 2018 sebesar Rp 62,77 triliun,
sebagai bagian bahan baku penggerak roda pertumbuhan ekonomi Lampung yang
tercatat tertinggi di Sumatera dan ajek melampaui rerata pertumbuhan ekonomi
nasional. "Itu tren positif," tegasnya.
Tanpa bermaksud
membandingkan, Andi juga menyebutkan, sukses BPD Sulawesi Selatan dan Barat
(Bank Sulselbar) sebagai bank daerah pertama di Indonesia yang melantai di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan coverage
komposisi penduduk lebih kurang setara dengan Lampung, mesti jadi best practice (contoh sukses).
"Harus lebih gereget.
Mimpi saya, Bank Lampung ini Laku Pandai-nya bisa meng-cover 2.435 desa atau
pekon atau kampung atau tiyuh, dan 205 kelurahan se-Lampung. Atau minimal, bisa
punya kantor kas di 228 kecamatan se-Lampung," kata dia menekankan.
Basis data Indeks Kemajuan
Desa (IKD) dan portofolio program Dana Desa di unit usaha mikro-banking milik
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) atau BUMPekon, atau BUMKam, atau BUMTiyuh,
hemat Andi, bisa dijadikan katalis aktif. "Kami di Desindo turut dorong
portofolio itu," akunya.
Terpisah, Kepala Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) Perwakilan Lampung Indra Krisna berharap, agar di usia saat
ini Bank Lampung makin membumikan diri sebagai agen pembangunan.
"Bank Lampung kembali
ke habitatnya sesuai misi dan visi sebagaimana Anggaran Dasar, menjadi agen
pembangunan di Lampung," ujar Indra, Jum'at (1/2/2019), yang saat
dihubungi pukul 14.11 WIB mengaku baru tiba di Padang, Sumatera Barat.
Disinggung progres capaian
target inklusi keuangan di Lampung, Indra menyebut, kini tingkat literasi
keuangan kini baru berkisar 29 persen. "Tingkat inklusi keuangan 69 persen
untuk Provinsi Lampung," jelasnya.
Ekspetasi senada terkait
pemajuan bank ini juga diutarakan Komisaris Bank Lampung Zaidirina, Jum'at
sore. "Walaikumsalam. Semoga Bank Lampung menjadi regional champion di
provinsi ini dan para stakeholders dapat memanfaatkan keberadaan Bank Lampung
sebagai Bank-nya Masyarakat Lampung," ucapnya.
[red/mzl]