CeDPPIS: 53 Tahun Bank Lampung, Momen Perkuat Inklusi Keuangan Lampung
KATALAMPUNG.COM
- Ketua Badan Pekerja Centre for
Democracy and Participative Policy Initiatives Studies (CeDPPIS) Muzzamil
mengatakan, perayaan hari lahir PT Bank Pembangunan Daerah/BPD Lampung (Bank
Lampung) yang genap 53 tahun, Kamis (31/1/2019), kemarin, mesti jadi momen
perkuatan inklusi keuangan Bumi Ruwa Jurai.
Disamping, terus
mentransformasi diri jadi lembaga jasa keuangan bertumbuh hingga sukses proses good corporate governance-nya sesuai
poin Program Transformasi BPD 2015, paripurna proses kapitalisasi asetnya,
kredibel proses redistribusi produk layanan dan inovasi produknya, serta makin
cukup "bertaji" dalam kompetisi regional.
Menurut Muzzamil, sebagai
satu dari 27 anggota Asosiasi Bank Daerah Seluruh Indonesia (Asbanda) yang
total asetnya tercatat Rp649,19 triliun per Mei 2018 --Asbanda peringkat kelima
perbankan nasional terbesar setelah BRI, Mandiri, BCA dan BNI, secara ekuitas
Bank Lampung sangat memungkinkan 'naik
kelas' lebih cepat.
"Dari jumlah itu,
merujuk data 30 Juni 2018, Rp 8,59 triliun diantaranya dibukukan Bank Lampung.
Efek periferalnya, mau tak mau spirit jawara kawasan (region champion) tautan Bank Lampung membersamai Asbanda, wajib
hadir jadi solusi utama layanan jasa keuangan 9,45 juta jiwa rakyat
Lampung," kata Muzzamil.
Sebab, lanjut dia, dari
kuantifikasi cakupan area layanan maupun kualifikasi preferensi warga, secara year on year notabene bank bertagline
"Banknya Masyarakat Lampung"
ini masih tertinggal serapan dana pihak ketiganya dengan skim pendanaan efektif
bank lain terutama bank negara (BUMN) anggota Himbara.
"Saya kira ini
tantangan sekaligus peluang bagus buat Bank Lampung, di tengah iklim kompetisi
mengolah Rp74,73 triliun lebih kalau mengacu data Juli 2018, bersama 80 bank
lainnya di Lampung. Total 81 bank ini jumlah terbesar di Sumatera bagian
Selatan lho ya," tandasnya pula.
Dari pertumbuhan asetnya
saja, pria berkumis ini meyakini, Bank Lampung akan mampu memuncaki tangga dan
mengejar pemajuannya sebagai bank Buku II terkemuka. "Dari 44 bank umum,
25 BPR (Bank Perkreditan Rakyat, Red), dan 11 BPR Syariah di Lampung per
September tahun lalu, dengan berbagai langkah inovasi layanan dari Pak Eria
Desomsoni (Dirut Bank Lampung, Red) dkk, saya yakin bisa," pungkas
Muzzamil.
Senada diungkapkan
pengamat ekonomi dan perbankan, Mustopa Endi Saputra Hasibuan. Mantan Direktur
Operasional Bank Lampung 2015-2017 ini berharap, ke depan Bank Lampung akan
lebih paripurna dalam kinerja layanan, serta paripurna pula meraup lebih banyak
pundi-pundi pendapatan sebagai suplemen energi pendapatan asli daerah (PAD).
"Kuncinya, kekompakan
manajemen, keseriusan mewujudkan strategic
positioning sebagai regional champion, sinergi sumber daya bersama Asbanda
di tengah kompetisi sengit industri perbankan nasional dan hiruk-pikuk
merespons Revolusi Industri 4.0 serta "demam" Society 5.0,"
papar mantan bankir sejak 2005 ini.
Dimintai sumbang saran,
Endi --sapaan akrab pria yang kini aktif mengajar di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis (FEB) Institut Informasi dan Bisnis (IIB) Darmajaya itu mendorong agar
Bank Lampung mulai menseriusi pangsa pasar syariah di Lampung.
"Harus ada perkuatan,
divisi khusus misalnya. Ambil itu," ujar Ketua BPC Perhumas (Perhimpunan
Hubungan Masyarakat Indonesia) Lampung itu, Jum'at petang. [red/mzl]