AJI Adakan Pelatihan dan Kompetisi Jurnalistik Terkait Konservasi TNBBS
KATALAMPUNG.COM - Aliansi
Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung bersama Program Pelestarian Habitat
Prioritas di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (kerja sama antara WWF, WCS,
YABI, dan Balai Besar TNBBS) akan menggelar workshop dan kompetisi
jurnalistik. Kegiatan bertema “Konservasi
TNBBS” ini terbuka untuk 20 jurnalis media cetak, elektronik, mapupun
daring.
Ketua AJI Bandar Lampung
Padli Ramdan menjelaskan workshop akan dilaksanakan di Bandar Lampung pada
Sabtu, 6 April 2019. Pelatihan ini akan diisi pemateri dari WWF, WCS, dan Society of Indonesian Science Journalists
(SISJ). Setelah mengikuti workshop, peserta diminta untuk melakukan liputan ke
lokasi TNBBS dan membuat tulisan mendalam.
“Peserta akan difasilitasi
oleh konsorsium program KFW Rhino untuk peliputan ke lapangan yang dibagi dalam
tiga termin. Setiap peserta hanya diberikan satu kali kesempatan ke lapangan,”
kata dia dalam rilis, Senin (25/3).
Menurutnya, waktu yang
diberikan kepada peserta dalam melakukan proses peliputan dan penayangan
liputan serta pengumpulan naskah tulisan selama satu bulan hingga 6 Mei 2019.
Tulisan seluruh peserta yang sudah dipublikasikan akan dinilai juri untuk
kemudian dipilih tiga pemenang. Pengumuman pemenang disampaikan pada pertemuan
diskusi lingkungan AJI pada 18 Mei 2019. Pemenang akan mendapatkan hadiah
berupa gawai atau gadget.
Untuk bisa menjadi
peserta, kata Padli, jurnalis harus mendaftar dengan mengisi formulir yang
dilengkapi dengan rekomendasi dari redaksi tempatnya bekerja. Peserta diminta
untuk membuat outline tulisan sederhana dengan tema seputar biodiversitas dan
konservasi di TNBBS atau tentang badak Sumatera. Jurnalis yang berminat bisa
mendaftar di bit.ly/AJI-TNBBS dan mengunduh formulir di bit.ly/formAJI-TNBBS.
Padli juga mengatakan
pelatihan ini diadakan agar jurnalis memiliki pemahaman yang baik dan mempunyai
perspektif dalam mengenali isu lingkungan, terutama di kawasan TNBBS. Selama
ini isu lingkungan hanya diberitakan ketika ada peristiwa yang terungkap oleh
penagak hukum, misalnya kasus jual beli cula badak Sumatera.
“Peristiwa ini seharusnya
bisa menjadi pintu masuk dalam menggali secara lebih jauh bagaimana kondisi
badak di Pulau Sumatera, terutama TNBBS, yang semakin terancam. Pasalnya
populasi badak sumatera kian kritis dengan jumlah total kurang dari 100 ekor. TNBBS
yang merupakan bentang alami tempat badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)
hidup,” kata dia.
Di taman nasional, kata dia,
yang juga bagian Tropical Rainforest Heritage of Sumatra (World Heritage) ini,
kelestarian badak sumatera terus dibayangi ancaman. Mulai dari perburuan,
kerusakan habitat akibat perambahan dan illegal logging, serta gangguan manusia
akibat jalan yang membelah TNBBS.
Selain soal badak,
lanjutnya, masih banyak tema lain yang bisa ditulis berkaitan dengan
TNBBS. Dengan pengetahuan dan pemahaman yang baik soal isu TNBBS, maka
perspektif jurnalis kian terbuka dalam menulis soal taman nasional.
Padli menambahkan lewat
program ini diharapkan jurnalis memiliki perubahan cara pandang dalam
mengangkat berita-berita lingkungan. Pemberirtaan soal konservasi perlu
diangkat lebih mendalam dan utuh sehingga publik dan para pemangku kepentingan
memiliki informasi yang lengkap dalam membangun dialog penyelamatan lingkungan
hidup.(rls)