Geliat Ekonomi Jelang Idul Fitri

OPINI - Istilah pulang kampung (Mudik) berasal dari Bahasa Jawa "mulih dilik" yang berarti pulang sebentar, namun pada pengucapannya sering disingkat menjadi mudik. Peristiwa mudik di Indonesia erat kaitannya dengan perayaan Idul Fitri/Lebaran. Sebagai bangsa yang berpenduduk muslim terbesar di dunia, budaya mudik melekat erat menjadi kebiasaan menejelang Hari Lebaran.

Hal ini dibarengi juga dengan kebiasaan untuk mengunjungi dan membersihkan makam leluhur, setelah Islam masuk ke Indonesia budaya tersebut tidak ditinggalkan namun bermetamorfosis menjadi doa-doa yang sesuai dengan ajaran dan tuntunan agama. Hal ini dikarenakan Islam masuk ke Indonesia melalui pendekatan budaya.

Geliat Ekonomi Jelang Idul Fitri
Elpranoza Giatra Rustam

Budaya pulang kampung (mudik) menjadi peristiwa penting dalam ekonomi nasional, hal ini disebabkan pergerakan jutaan manusia tentunya akan berbanding lurus dengan pergerakan uang yang besar. Dalam ilmu ekonomi, istilah pergerakan uang yang besar dan cepat disebut Velocity Of Money, tentunya hal ini mendorong meningkatnya produksi barang dan jasa.

Tahun 2018, berdasarkan data Kementerian Perhubungan jumlah pemudik mencapai 19 juta orang. Sedangkan menurut IDEAS perputaran uang jelang Idul Fitri tahun 2018 mencapai angka 197 Triliun Rupiah. Angka tersebut sesuai dengan kebutuhan uang tunai yang disiapkan oleh Bank Indonesia yang mencapai Rp. 191 Triliun. Angka yang cukup fantastis setara dengan 9% APBN atau 13% dari PDB Indonesia. 

Sedangkan untuk tahun 2019 Deputi Gubernur Bank Indonesia menyatakan bahwa Bank Indonesia menyiapkan uang tunai sebesar Rp. 217 Triliun sehingga disinyalir pada tahun 2019 akan terjadi kenaikan jumlah pemudik yang dibarengi konsumsi barang dan jasa pada tahun ini.

Fenomena mudik yang terjadi setiap tahun diharapkan dapat menciptakan redistribusi kekayaan nasional secara alami, dimana pada saat normal perputaran uang dibawa dari daerah ke kota-kota besar namun dengan adanya budaya mudik perputaran uang tersebut dibawa pemudik kembali ke daerah sehingga hal tersebut memicu terjadinya keseimbangan ekonomi. 

Diharapkan peluang ini dapat ditangkap dan dimaksimalkan dengan baik oleh Pemerintah Daerah dengan meningkatnya perputaran uang di daerah. Momentum ini menjadi stimulan geliat perekonomian daerah, terutama pertumbuhan pada sektor usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM) dan pariwisata. 

Setidaknya terdapat 3 (tiga) efek kegiatan mudik yang efektif mampu mendongkrak perekonomian daerah yaitu konsumsi pemudik selama berada di daerah seperti makanan, minuman dan jasa transportasi (termasuk konsumsi BBM) serta belanja barang untuk oleh-oleh pemudik kembali ketempat asalnya, Zakat/infaq/sodakoh yang disalurkan pemudik di daerah serta kegiatan wisata yang dilakukan oleh pemudik.

Penulis: Elpranoza Giatra Rustam
Alumni FEB Unila
Diberdayakan oleh Blogger.