Anggito Abimanyu: Perbankan Syariah Didukung oleh Maraknya Orientasi Bisnis Produk Halal
KATALAMPUNG.COM - Perbankan Syariah saat ini memperoleh dukungan dari maraknya orientasi bisnis produk halal di masyarakat. Bagi perbankan Syariah, juga dibutuhkan konsolidasi ekosistem bisnis syariah, restrukturisasi pembiayaan, efisiensi biaya dan peningkatan permodalan.
Demikian disampaikan oleh Dr.
Anggito Abimanyu dalam orasi ilmiahnya sebagaimana dibacakan oleh Dr. Ayi
Ahadiat pada Rapat Anggota dan Orasi Ilmiah ISEI Cabang Lampung di Hotel Bukit Randu,
Sabtu, 29 Januari 2022.
Dalam Orasi Ilmiahnya dengan
judul “Arah Ekonomi Indonesia Tahun 2022 dan Perbankan Syariah: Peluang dan
Tantangan” disebutkan, Kunci pemulihan ekonomi terdapat di Perbankan untuk
menggerakan Kembali roda perekonomian.
“Reformasi melalui
digitalisasi, cashless, integrasi dalam manajemen risiko, relaksasi
kebijakan dan dukungan pemerintah akan menjadi booster bagi perbankan,” terangnya.
Menurut Anggito, tahun 2022
merupakan tahun kunci bagi pemulihan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi
diperkirakan 4-5% di tahun 2022 dan perbankan serta perbankan syariah mengalami
ujian berat dengan terus membukukan pencadangan dari penurunan kualitas
pembiayaan.
“Peningkatan pertumbuhan
ekonomi diharapkan bersumber dari investasi, ekspor, dan peningkatan
pertumbuhan industri pengolahan. Sektor jasa yang terkena dampak besar akibat
pandemi COVID-19 diperkirakan akan mengalami pemulihan.”
Stabilitas makroekonomi terjaga, tercemin dari tingkat inflasi yang rendah, nilai tukar rupiah yang terjaga, dan defisit transaksi berjalan yang aman. Dorongan stimulus fiskal masih akan dilakukan, dengan menjaga ruang defisit yang longgar dengan diiringi upaya konsolidasi fiskal.
Baca Juga: Wagub Chusnunia Buka Rapat Anggota dan Orasi Ilmiah ISEI Lampung
Total kebutuhan pembiayaan
investasi tahun 2022 hampir mencapai Rp 6.000 triliun, yang bersumber dari
investasi pemerintah, BUMN, dan swasta. Dari total kebutuhan investasi, sekitar
87 persen dipenuhi oleh dunia usaha, swasta dan masyarakat. Nilai investasi
pemerintah berkontribusi sekitar 6,0 persen.
Di samping itu, BUMN
diperkirakan akan berkontribusi sekitar 7 persen dari total investasi yang
dibutuhkan. Tingginya kebutuhan pembiayaan investasi di tahun 2022 merupakan
tantangan yang berat dalam situasi pembiayaan yang ketat dan kenaikan inflasi
global.
“Pemerintah dalam Rencana
Kerja Pemerintah tahun 2022 berfokus pada pemulihan ekonomi dan reformasi
struktural. Pemulihan ekonomi akan menitikberatkan pemulihan daya beli dan
usaha serta diversifikasi ekonomi,” ucapnya.
Sementara, reformasi
struktural akan fokus pada reformasi iklim investasi, reformasi kelembagaan dan
tata kelola, serta reformasi peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan
perlindungan sosial.
Hingga kini, tampaknya
reformasi struktural masih berjalan lambat. Hilirisasi produk sumber daya alam
dan industri pengolaan masih belum ada kejelasan kebijakannya dan cenderung
dilematis. Dukungan dari aplikasi teknologi dan digitalisasi memang kuat namun
belum menjadi banyak menyentuh seluruh lapisan perekonomian.
Demikian juga reformasi
kelembagaan dan tata kelola. Reformasi kebijakan dan iklim investasi melalui UU
Cipta Kerja masih belum berjalan lancar dalam implementasinya.
Perekonomian daerah masih sangat tergantung pada kebijakan ekonomi di tingkat pusat. Ruang Pemda dalam menciptakan ekspansi ekonomi, meskipun terbuka namun sangat sempit. Daerah juga menghadapi kejadian2 PHK di beberapa perusahaan besar.(***)