Tingkatkan Produktivitas Kopi, Pemprov Ajak Petani Tanam Kopi dengan Sistem Pagar
Lampung Barat -- Pemerintah Provinsi Lampung mendukung petani kopi di Lampung untuk menerapkan sistem pagar. Sistem ini merupakan metode penanaman kopi yang ditanam secara berjajar dan rapat, dengan jarak tanam sekitar 1 meter antar tanaman dalam satu baris.
Hal ini disampaikan oleh
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, Yuliastuti, saat mengunjungi UPTD
Balai Benih Kebun Induk (BBKI) Hanakau di Liwa, Lampung Barat,Kamis
(12/10/2023).
"Ini adalah penerapan
dari program pembangunan perkebunan Provinsi Lampung yang diusung Gubernur
Lampung, pak Arinal Djunaidi. Pemprov berupaya untukmeningkatkan produksi dan
meningkatkan nilai tambah petani. Tujuannya tentu saja untuk meningkatkan kesejahteraan
petani," kata Yuliastuti.
Yuliastuti menjelaskan,
Pemprov Lampung telah memulai mengembangkan penanaman pohon kopi dengan sistem
pagar di UPTD Balai Benih Kebun Induk (BBKI) Hanakau di Liwa, Lampung Barat.
"Model sistem penanaman
kopi berupa sistem pagar ini, dalam satu hektar jumlah populasi tanaman
sebanyak 4.000 batang. Dengan target produksi 4 ton pertahun," ujarnya.
Ia menjabarkan, dalam satu
baris bisa menanam pohon kopi dengan selang 1 meter antar pohon. Sedangkan
jarak setiap baris adalah 2,5 meter.
"Kalau kita lihat
penanaman dengan sistem ini, seperti pagar yang berjajar." ujarnya.
Yuliastuti mengatakan,
Pemprov Lampung akan terus mendukung petani kopi di berbagai kabupaten untuk
menerapkan sistem pagar.
"Kami akan terus
memberikan pendampingan kepada petani kopi untuk menerapkan sistem pagar.
Perlahan-lahan kita ubah cara pandang para petani kopi mengenai cara tanam
pohon kopi yang lebih efektif dan efisien," kata Yuliastuti.
Yuliastuti mengungkapkan,
keberhasilan sistem pagar telah dibuktikan oleh seorang petani kopi bernama
Supriyono dari Desa Sekincau, Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat.
"Ia berhasil
meningkatkan produktivitas kopinya dari 500-700 kilogram perhektar pertahun
menjadi 2 ton perhektar pertahun dengan menerapkan sistem pagar," ujarnya.
"Kami berharap,
penerapan sistem pagar dapat meningkatkan produktivitas kopi Lampung dan
kesejahteraan petani kopi Lampung," harapnya.
Supriyono sendiri telah
menerapkan sistem pagar di kebun kopinya sejak tahun 2019. Ia mengaku berhasil
meningkatkan produktivitas kopinya dengan menerapkan sistem ini.
"Saya menerapkan sistem pagar di kebun kopi arabika saya seluas seperempat hektar dan hasilnya sangat memuaskan. Dari lahan seperempat hektar ini bisa menyamai produksi kebun 1 hektar dengan sistem penanaman tradisional," kata Supriyono.(***)