Kemendag Dorong Transformasi Ritel Modern di Era Digital
Jakarta – Kementerian Perdagangan, melalui Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag), mendorong transformasi ritel modern dalam menghadapi era digitalisasi. Transformasi ini dianggap penting mengingat adanya perubahan perilaku konsumen dalam membeli produk ritel, yang di satu sisi menjadi tantangan, tetapi di sisi lain juga membuka peluang bagi pelaku usaha ritel untuk tetap bertahan dan berkembang.
Kepala BKPerdag, Kasan,
dalam sambutannya saat membuka acara Gambir Trade Talk (GTT) #15 yang diadakan
secara hibrida di Hotel Borobudur, Jakarta, menyatakan bahwa digitalisasi
adalah suatu keharusan dalam tatanan ekonomi baru pascapandemi, termasuk bagi sektor
ritel modern.
“Pergeseran pola perilaku
konsumen dalam membeli produk ritel menjadi tantangan sekaligus peluang bagi
pelaku usaha sektor ritel,” ujar Kasan.
Kasan juga mengungkapkan
bahwa berdasarkan data dari Bank Indonesia, penjualan produk ritel pascapandemi
telah menunjukkan peningkatan, seperti yang tercermin dari Indeks Penjualan
Riil (IPR) yang mencapai 212 pada Juli 2024, tumbuh sebesar 4,3 persen secara
tahunan (year-on-year). Meski Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada bulan yang
sama sedikit menurun menjadi 123,4 dibandingkan dengan tahun lalu, optimisme
terhadap kondisi ekonomi tetap terjaga.
Hadir sebagai narasumber
dalam GTT #15 adalah Direktur Perdagangan, Investasi, dan Kerja Sama Ekonomi
Internasional Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Pande Nyoman
Laksmi Kusumawati, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy
Nicholas Mandey, dan Ekonom Senior Institute for Development of Economics and
Finance (INDEF) Tauhid Ahmad.
Laksmi Kusumawati
mengutarakan bahwa e-commerce diproyeksikan menjadi saluran ritel dengan
pertumbuhan tercepat, dengan kontribusi yang diperkirakan mencapai 24 persen
pada 2027. Sementara itu, Roy Nicholas Mandey dari Aprindo menekankan
pentingnya menghapus dikotomi antara toko luring dan daring, mengingat
transformasi yang menggabungkan kedua saluran tersebut kini menjadi tren.
Tauhid Ahmad menambahkan
bahwa transformasi digital menawarkan berbagai manfaat bagi bisnis ritel,
termasuk peningkatan loyalitas pelanggan dan kemudahan dalam manajemen
inventaris. Namun, ia juga menegaskan bahwa transformasi ini membutuhkan
kebijakan adaptif dan penguatan kapasitas pelaku usaha, khususnya UMKM, untuk
beradaptasi dengan cepatnya perkembangan teknologi.
Acara GTT ini diharapkan dapat menjadi wadah kolaborasi antara pemangku kepentingan untuk merumuskan kebijakan yang tepat dalam menghadapi tantangan dan dinamika baru di sektor perdagangan, baik di tingkat domestik maupun internasional. (kmg)