Ketua LPAI Lampung Timur Sambangi Rumah Siswa Korban Penganiayaan di SDN 1 Pekalongan

BATANGHARI NUBAN, katalampung.com - Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Lampung Timur Rini Mulyati di dampingi Sekretarisnya Arief Setiawan menyambangi kediaman Ahmad Baherman di Desa Bumi Jawa, Batanghari Nuban, Lampung Timur, Selasa (30/01/2018). Ahmad Baherman merupakan orang tua dari AN (7) Siswa Sekolah Dasar Negeri Satu (SDN1) Pekalongan Lamtim, yang menjadi korban kekerasan dan bully yang diduga dilakukan oleh kakak kelasnya. 


Ketua LPAI Lampung Timur Sambangi Rumah Siswa Korban Penganiayaan di SDN 1 Pekalongan


Dalam kesempatan itu, Ketua LPAI Lamtim Rini Mulyati menyesalkan atas sikap pihak sekolah yang lamban dalam menanggapi laporan orang tua korban. Menurutnya, peristiwa seperti ini semestinya tidak perlu terjadi jika pihak sekolah lebih aktif dalam memberikan pengawasan terhadap aktifitas murid-muridnya.

Baca Juga: Siswa Dianiaya Kakak Kelas Hingga Luka dan Lebam, Pihak Sekolah SDN 1 Pekalongan Cuek

"Ini menunjukan jika pengawasan pihak sekolah tersebut sangat lemah,"ujar Rini Mulyati.

Ia menambahkan, guru merupakan orang tua kedua dari anak-anak yang dididiknya, maka dengan demikian pengawasan terhadap anak muridnya di jam sekolah harus lebih ditingkatkan agar hal-hal yang tidak diinginkan dapat diantisipasi.

"Kami selaku orang tua tentu berharap guru-guru atau pihak sekolah dimana tempat kami menitipkan anak untuk belajar dapat lebih diperhatikan, supaya tidak terjadi tindakan kekerasan terhadap anak-anak,"singkatnya.

Sebelumnya, AN (7) Siswa Sekolah Dasar Negeri 1 (SDN1) Pekalongan, Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur ini mengalami trauma dan enggan bersekolah setelah diduga menjadi korban kekerasan dan korban bully oleh kakak kelasnya sendiri. Akibatnya, di beberapa bagian tubuh AN juga terlihat sejumlah bekas luka lebam.

Celakanya lagi, tindak kekerasan tersebut diduga sudah dilakukan berulang-ulang. Mengetahui buah hatinya diperlakukan dengan tidak wajar, Ahmad Baherman langsung melaporkan ke pihak sekolah, namun laporan tersebut hanya ditanggapi dingin oleh pihak sekolah.

"Awalnya saya meminta istri saya untuk mengadukan kejadian ini ke pihak guru di sekolah, dengan harapan kakak kelas pelaku kekerasan itu bisa ditegur dan tidak mengulangi tindakannya lagi. Bukannya tindakan kekerasan berhenti, malah beberapa hari berselang anaknya kembali mengalami tindakan kekerasan dari kakak kelasnya. Bahkan terdapat bekas lebam di bagian punggungnya. Saat ditanya, si anak mengaku itu akibat tindakan kakak kelasnya. Bahkan dia juga mengatakan sudah kerapkali mengalami kekerasan semacam itu,"jelas Ahmad.

Karena ini di nilai sudah membahayakan keselamatan buah hatinya, Ahmad membujuk anaknya untuk sekolah, dan ia pun mengantarkan anaknya pergi ke sekolah dan berinisiatif mengawasi secara langsung dari kejauhan untuk mengetahui kebenaran yang telah disampaikan anaknya.

Setelah jam istirahat berlangsung, Ahmad menyaksikan sendiri kekerasan yang dialami anaknya yang dilakukan oleh kakak kelasnya.

"Dengan mata kepala sendiri saya melihat bagaimana ada seseorang murid yang tengah mencekik leher anak saya. Sebagai orangtua, jelas tidak bisa menerima hal itu terjadi. Maka saya langsung membawa anak saya untuk melapor ke guru. Namun Kakak kelas yang kami laporkan pun tidak dipanggil oleh pihak sekolah, supaya bisa di- cross chek langsung, sekaligus yang bersangkutan bisa diperingati supaya tidak mengulangi perbuatannya. Akan tetapi laporan itu tidak di respon,"sesal Ahmad.

Dilaporkan Oleh: Jhoni Saputra
Diberdayakan oleh Blogger.