Ketua LPAI Lampung Timur Sambangi Rumah Siswa Korban Penganiayaan di SDN 1 Pekalongan
Dalam kesempatan itu, Ketua LPAI Lamtim Rini Mulyati
menyesalkan atas sikap pihak sekolah yang lamban dalam menanggapi laporan orang
tua korban. Menurutnya, peristiwa seperti ini semestinya tidak perlu terjadi
jika pihak sekolah lebih aktif dalam memberikan pengawasan terhadap aktifitas
murid-muridnya.
Baca Juga: Siswa Dianiaya Kakak Kelas Hingga Luka dan Lebam, Pihak Sekolah SDN 1 Pekalongan Cuek
Baca Juga: Siswa Dianiaya Kakak Kelas Hingga Luka dan Lebam, Pihak Sekolah SDN 1 Pekalongan Cuek
"Ini menunjukan jika pengawasan pihak sekolah
tersebut sangat lemah,"ujar Rini Mulyati.
Ia menambahkan, guru merupakan orang tua kedua dari
anak-anak yang dididiknya, maka dengan demikian pengawasan terhadap anak
muridnya di jam sekolah harus lebih ditingkatkan agar hal-hal yang tidak
diinginkan dapat diantisipasi.
"Kami selaku orang tua tentu berharap guru-guru
atau pihak sekolah dimana tempat kami menitipkan anak untuk belajar dapat lebih
diperhatikan, supaya tidak terjadi tindakan kekerasan terhadap anak-anak,"singkatnya.
Sebelumnya, AN (7) Siswa Sekolah Dasar Negeri 1 (SDN1)
Pekalongan, Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur ini mengalami trauma
dan enggan bersekolah setelah diduga menjadi korban kekerasan dan korban bully oleh kakak kelasnya sendiri.
Akibatnya, di beberapa bagian tubuh AN juga terlihat sejumlah bekas luka lebam.
Celakanya lagi, tindak kekerasan tersebut diduga sudah
dilakukan berulang-ulang. Mengetahui buah hatinya diperlakukan dengan tidak
wajar, Ahmad Baherman langsung melaporkan ke pihak sekolah, namun laporan
tersebut hanya ditanggapi dingin oleh pihak sekolah.
"Awalnya saya meminta istri saya untuk mengadukan
kejadian ini ke pihak guru di sekolah, dengan harapan kakak kelas pelaku
kekerasan itu bisa ditegur dan tidak mengulangi tindakannya lagi. Bukannya
tindakan kekerasan berhenti, malah beberapa hari berselang anaknya kembali
mengalami tindakan kekerasan dari kakak kelasnya. Bahkan terdapat bekas lebam
di bagian punggungnya. Saat ditanya, si anak mengaku itu akibat tindakan kakak
kelasnya. Bahkan dia juga mengatakan sudah kerapkali mengalami kekerasan
semacam itu,"jelas Ahmad.
Karena ini di nilai sudah membahayakan keselamatan buah
hatinya, Ahmad membujuk anaknya untuk sekolah, dan ia pun mengantarkan anaknya
pergi ke sekolah dan berinisiatif mengawasi secara langsung dari kejauhan untuk
mengetahui kebenaran yang telah disampaikan anaknya.
Setelah jam istirahat berlangsung, Ahmad menyaksikan
sendiri kekerasan yang dialami anaknya yang dilakukan oleh kakak kelasnya.
"Dengan mata kepala sendiri saya melihat bagaimana
ada seseorang murid yang tengah mencekik leher anak saya. Sebagai orangtua,
jelas tidak bisa menerima hal itu terjadi. Maka saya langsung membawa anak saya
untuk melapor ke guru. Namun Kakak kelas yang kami laporkan pun tidak dipanggil
oleh pihak sekolah, supaya bisa di- cross
chek langsung, sekaligus yang bersangkutan bisa diperingati supaya tidak
mengulangi perbuatannya. Akan tetapi laporan itu tidak di respon,"sesal
Ahmad.
Dilaporkan
Oleh: Jhoni Saputra