Lampung Jadi Pelopor Keamanan Pangan
Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo mengatakan,
upaya registrasi pangan itu bertujuan untuk perlindungan konsumen. Khususnya
memberi rasa aman bagi konsumen baik dari sisi produk maupun harga.
"Nantinya, semua beras yang beredar dalam kemasan harus memenuhi syarat itu.
Ada label pangan dan HET," kata Gubernur Ridho, Minggu (24/9).
Dikatakan Ridho, Lampung seharusnya bisa menjadi
pelopor keamanan pangan. Apalagi, posisi Lampung sebagai sentra pangan
nasional. Sebagai bukti, tahun 2017 ini
saja, produksi beras Lampung mencapai 4,4 juta ton. "Manfaat bagi
produsen, sertifikasi ini bisa meningkatkan daya saing produk asal Lampung.
Jadi produk asal Lampung bisa sampai menembus retail modern ," kata Ridho
yang juga Ketua DPD Partai Demokrat Lampung itu.
Ridho sendiri berharap, para produsen dan pengusaha
beras bisa sesegera mungkin melakukan
registasi. Apalagi, diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan
membuat persaingan semakin terbuka. Jika ingin memenangi persaingan regional,
Semua produk asal Indonesia khususnya Lampung harus bisa memenangkan
persaingan. "Pangan asal Lampung harus memenuhi standar bebas bahan
berbahaya seperti formalin, boraks, residu pestisida, logam berat, dan hormon
di atas batas ketetapan," ujar jebolan Lemhanas itu.
Hingga 2017, Dikatakan Kusnardi, Kepala Dinas Ketahanan
Pangan Provinsi Lampung, pihaknya melalui Otoritas Kompeten Keamanan Pangan
Daerah (OKKPD) telah menerbitkan sertifikasi pangan Prima 3 untuk 14 komoditas
pangan asal Lampung.
"Dari data yang ada, untuk produk buah pisang sudah
20 pelaku usaha. Kemudian manggis (52 pelaku usaha), nanas (19), buah naga
(17), salak (32), jeruk (64), pepaya kalifornia (3), kencur (30), cabe (5),
sayuran (10), jambu kristal (1), melon (7), dan pala (1)," ungkap
Kusnardi.
Menurut Kusnardi, sertifikasi pangan tersebut telah
diberikan kepada para petani yang memenuhi persyaratan sistem jaminan mutu dan
aspek keamanan pangan. Pangan segar Prima 3 asal Lampung diharapkan bisa tetap
eksis dan meningkat dalam pasar retail modern. "Oleh sebab itu, banyak
untungnya kalau petani sudah punya sertifikat Prima 3," tutup Kusnardi.
(rls)