Airlangga Hartarto: Hilirisasi Industri Bawa Multiplier Effect Bagi Perekonomian
“Untuk itu, kami terus menjalankan kebijakan hilirisasi
industri yang konsisten,” ujar Airlangga di Jakarta, Kamis, 4 Januarti 2018.
Untuk saat ini, sektor manufaktur dalam negeri sebagaimana
dilansir dari siaran pers Kementerian Perindustrian telah menjadi punyumbang
terbesar dari pajak dan cukai. Dengan keadaan demikian, kontribusinya mampu
memberikan efek positif berantai, seperti peningkatan terhadap nilai tambah
bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal dan penerimaan devisa
dari ekspor.
Merujuk data United Nations Statistics Division pada
tahun 2016, Indonesia menempati peringkat keempat dunia dari 15 negara yang
industri manufakturnya memberikan kontribusi di atas 10 persen terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB).
Indonesia mampu menyumbangkan hingga mencapai 22 persen
setelah Korea Selatan (29 persen), Tiongkok (27 persen), dan Jerman (23
persen).
Rata-rata kontribusi dari 15 negara yang disurvei
adalah 17 persen. Inggris berada di bawah rata-rata dengan kontribusi 10
persen, sedangkan Jepang dan Meksiko di bawah Indonesia dengan capaian
kontribusinya 19persen.
“Capaian 22 persen itu sangatlah besar, sehingga
Indonesia masuk dalam jajaran elite dunia,” lanjut Menperin.
Sementara itu, berdasarkan laporan United Nations
Industrial Development Organization (UNIDO), Indonesia menduduki peringkat ke-9
di dunia atau naik dari peringkat tahun sebelumnya di posisi ke-10 untuk
kategori manufacturing value added.
Peringkat ke-9 ini sejajar dengan Brazil dan Inggris, bahkanlebih tinggi dari
Rusia, Australia, dan negara ASEAN lainnya.
Menurut Airlangga, kontribusi manufaktur Indonesia
mampu menembus 30 persen apabila dihitung mulai dari proses pra produksi,
produksi dan pasca produksi.
“Paradigma
industri manufaktur global saat ini, berdasarkan kesepakatan di World Economic Forum, proses produksi
sebagai satu-kesatuan. Oleh karena itu, kita sudah tidak bisa lagi melihat
produksi hanya di pabrik saja,” tegasnya.
Di samping itu, manufaktur dinilai menjadi salah satu
sektor unggulan dalam mendorong percepatan pembangunan dan pemerataan ekonomi
nasional. Makanya, saat ini penting melakukan transformasi ekonomi, yang
menggeser ekonomi berbasis konsumsi menjadi berbasis manufaktur.
“Apalagi, Bapak Presiden juga menyampaikan, kebijakan
ekonomi Indonesia harus terus diarahkan pada pembangunan ekonomi yang lebih
inklusif dan berkualitas,” ujar Airlangga. Tujuannya antara lain untuk
mengurangi kemiskinan dan ketimpangan, serta meningkatkan lapangan kerja
sebanyak-banyaknya.
Dalam upaya mendorong penyebaran industri yang merata
sekaligus mewujudkan Indonesia sentris, Kementerian Perindustrian telah
memfasilitasi pembangunan kawasan industri khususnya di luar Pulau Jawa.
“Pada dua tahun mendatang diprediksi pertumbuhan
kawasan industri baru akan terus meningkat dengan dibangun delapan kawasan
industri baru di luar Pulau Jawa dengan potensi penyerapan tenaga kerja
sebanyak 296,3 ribu orang,” ungkapnya.
Menperin pun berpandangan bahwa Indonesia dalam
proporsi ekonominya dapat dikategorikan sebagai sebuah negara industri. “Kunci
sukses dalam industrialisasi terdapat tiga faktor utama, yaitu sumber daya
manusia (SDM), modal atau investasi, dan teknologi,” tuturnya.
Untuk itu, peningkatan kompetensi SDM melalui
pendidikan dan pelatihan vokasi merupakan salah satu program prioritas
pemerintah saat ini setelah pembangunan infrastruktur. “Penyiapan SDM terampil
bertujuan untuk membentuk dan menghasilkan tenaga kerja yang sesuai kebutuhan
dunia industri. Kami telah melaksanakan pendidikan vokasi yang link and match
antara SMK dengan industri,” imbuhnya.