Gubernur Ridho Dorong Pesisir Way Kambas Jadi Percontohan Pengelolaan Rajungan Pertama di Indonesia
Kondisi ini sangatlah memungkinkan mengingat Provinsi
Lampung merupakan penghasil rajungan terbesar di Indonesia. Untuk rajungan, Provinsi Lampung memberikan kontribusi
sebesar 12% dari total produksi nasional dan memiliki ekspor sebesar Rp380
miliar rupiah per tahun.
"Tahun ini kita terapkan pengembangan rajungan di
Pesisir Timur Lampung. Pesisir Way Kambas jadi perlindungan rajungan, nelayan
rajungan akan didata, kapasitas nelayan dan pengolah rajungan juga akan
ditingkatkan, serta akan kita lakukan perbaikan rantai dingin rajungan"
ujar Gubernur Ridho, Minggu (4/2/2018).
Pada tahun 2016 lalu, Gubernur Ridho membidik 3
kabupaten: Tulang Bawang, Lampung Tengah dan Lampung Timur untuk pengembangan
rajungan di Pesisir Timur Lampung. Bahkan Tim yang dibentuk Gubernur sejak 2016
lalu, mulai mengimplementasikan program setelah melakukan seleksi lokasi (tahun
2016) dan perencanaan program pada tahun 2017.
Tim yang dibentuk Gubernur Ridho itu adalah Tim IPPRB
atau Tim Inisiatif Pengelolaan Perikanan Rajungan Berkelanjutan Provinsi
Lampung. Tim dibentuk dengan SK Gubernur No. 71/2017, beranggotakan 30 orang
dan didukung oleh tim sekretariat di DKP Lampung.
Tim ini berasal dari berbagai pemangku kepentingan
terdiri dari pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, perwakilan nelayan,
pembina, miniplant dan UPI, akademisi, dan organisasi masyarakat.
Mereka akan menyusun rencana aksi pengelolaan perikanan
rajungan berkelanjutan pesisir timur Lampung. Termasuk pula mempersiapkan
kerangka kelembagaan pengelola perikanan rajungan Lampung.
Gubernur bertekad program Tim IPPRB dapat
mensejahterakan rakyat terutama nalayan.
"Ada lebih dari 4000 nelayan rajungan yang bakal
menjadi bagian dari program ini. Juga ada 4 pengolahan (UPI) yang di dalamnya
terdapat lebih dari 1000 orang pekerja. Selain itu, ada 34 mini plant pengupas
rajungan yang pekerjanya mencapai 1000 orang," jelas Gubernur.
Gubernur sangat berharap program pengembangan rajungan
dapat mensejahterakan masyarakat nelayan. Sejauh ini, Lampung memproyeksikan
kapal kecil nelayan yang kurang dari 10 GT dengan jumlah 900 kapal dan alat
tangkap ramah lingkungan (bubu dan jaring).
Seperti diketahui, pada 2016 lalu, saat Gubernur Ridho
merintis pengembangan rajungan, Provinsi Lampung memang menjadi andalan
pengembangan rajungan nasional. Peneliti perikanan dari Institut Pertanian
Bogor (IPB) Zairion bahkan mengatakan pada tahun 2016 produksi rajungan Lampung
berkontribusi mencapai 15 persen dari produksi nasional.
Dia menjelaskan, dari total produksi rajungan di
Lampung itu, 30 persen di antaranya dikirim dan diolah di Pulau Jawa, sedangkan
70 persen lainnya diolah di Lampung pada sentra industri pengolahan rajungan.
Potensi selanjutnya, kata dia, rajungan di Lampung juga
memiliki kualitas lebih baik jika dibandingkan beberapa dari daerah di
Indonesia.
"Dari hasil penelitian saya, rajungan di laut
timur Lampung memiliki kualitas baik seperti dari ukurannya yang cukup besar
dan kualitas yang tinggi jika dibandingkan daerah di laut Pulau Jawa dan laut
Sulawesi, tapi jika dibandingkan rajungan di Madura meski ukurannya lebih kecil
tapi dagingnya lebih berotot sehingga lebih baik di Madura," katanya.
Data peneliti perikanan ini juga menyebut jumlah
rajungan paling banyak berada di wilayah laut Kecamatan Labuhan Maringgai,
Kabupaten Lampung Timur.
Dia menyarankan potensi rajungan yang cukup besar di
Provinsi Lampung ini terutama di Kabupaten Lampung Timur dapat dikelola dengan
baik oleh Pemprov Lampung terutama dari pengolahan dan distribusi barang ke
pusat industri yang berada di Tanjungbintang Kabupaten Lampung Selatan.(H-Prov)