Pusat Turun Tangan Hadapi Masalah Stunting di Kabupaten Lampung Tengah, Timur dan Selatan
Kemenko PMK pada tahun ini, telah mempersiapkan program
pengentasan stunting melalui peluncuraan program padat karya tunai, dengan
dibiayai dari dana desa yang bersumber dari pemerintah pusat.
Baca Juga:
Baca Juga:
- Jumlah Penderita Gizi Buruk di Kabupaten Lampung Tengah Mengkhawatirkan
- Yustin Ridho Ficardo Sosialisasi Balita Kurang Gizi di Lampung Tengah
- Tingginya Penderita Stunting di Tiga Kabupaten Akibat Posyandu Tidak Berjalan Baik
Perlu diketahui, tingginya jumlah penderita stunting,
di tiga kabupaten tersebut, bisa dibilang merupakan salah satu indikator
penyebab menurunnya indeks kebahagiaan di Provinsi Lampung, yang dirilis oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa waktu lalu.
Kemiskinan atau faktor ekonomi warga yang lemah juga
diduga merupakan salah satu penyebab banyaknya balita penderita stunting di
tiga kabupaten tersebut.
Berdasarkan data Kementerian Koordinator Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK RI), tahun 2016 yang
dirilis pada 2017, jumlah penderita stunting di Kabupaten Lamteng mencapai
59.838 jiwa, dengan jumlah penduduk miskin, mencapai 165.670 jiwa.
Kabupaten Lampung Timur, warga miskin sebanyak 172.610
jiwa, jumlah balita penderita stunting 40.790 jiwa, dan Kabupaten Lampung
Selatan warga miskin mencapai 158.380 jiwa, penderita stunting 42.971
jiwa.
Sementara itu, Kasi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat, Dinkes Provinsi Lampung, Dr Asih Hendrastuti mengatakan, stunting
akan memperlambat berat dan tinggi badan serta menurunkan daya pikir. Jika ini
berkelanjutan maka akan berdampak pada peningkatan pengangguran dan
kemiskinan.
Stunting/pendek merupakan gambaran gangguan gizi kronis
dimana akan banyak menimbulkan masalah kesehatan dimasa yang akan datang.
Seperti rendahnya kecerdasan, resiko mengalami penyakit
tidak menular ( Diabetes Melitus, hipertensi, penyakit jantung dan stroke).
Jika warga banyak yang mengalami stunting, maka akan menambah beban ekonominya.
Adapun faktor yang menyebabkan stunting yaitu, faktor
lingkungan, pelayanan kesehatan, prilaku, kesehatan reproduksi, Indeks
Pembanunan Kesehatan Masyarakat (IPKM), status ekonomi, dan status pendidikan.
Untuk mengatasi permasalahan balita stunting, agar tidak
makin meningkat, perlu dilakukan perbaikan kualitas dan peningkatan layanan
program spesifik terkait dengan layanan sektor kesehatan, seperti pemberian
makanan tambahan tinggi kalori, protein dan mikronutrien untuk ibu hamil.
Kualitas pelayanan kesehatan maternal dan anak, promosi
kesehatan terkait merokok, cuci tangan, pemberian ASI eksklusif, dan MP ASI
perbaikan UKS kesehatan reproduksi, dan layanan KB.
Dari lintas sektor, diperlukan upaya pendidikan wajib
belajar 12 tahun, revisi undang-undang perkawinan, perbaikan lingkungan dan
pengentasan kemiskinan.(***)