Rayakan HUT ke-29, Mapala Unila Gelar Seminar Konservasi Gajah
Pada
kesempatan tersebut, Management Effectiveness
in Protected Area Officer WWF Indonesia, Beno Fariza Syahri yang didapuk
sebagai pemateri mengatakan, di Indonesia ada dua spsesies Gajah yang ada,
yaitu Gajah Kalimantan dan Gajah Sumatera (Elephas
Maximus Sumatranus). Di Sumatera ada 7 provinsi habitat gajah seperti Aceh,
Lampung, Riau, Sumatera Barat dan lainnya.
Pria
yang bekerja di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) ini menuturkan,
prinsip Integrated Human Elephant
Conflict Mitigation (I-HECM)
meliputi, proaktif yaitu melakukan
pencegahan sebelum terjadi konflik. Kemudian holistik yaitu, hidup berdampingan antara manusia dan gajah. Lalu, Win-win solution yaitu, berbagi ruang
melalui tata kelola wilayah dan pembinaan habitat.
"Sinergitas
yaitu, memadukan semua pihak, pemerintah, swasta dan masyarakat," kata
Beno.
Menurutnya,
Alih fungsi hutan menjadi lahan perkebunan seperti yang terjadi di Kecamatan
Semaka, Kabupaten Tanggamus, menjadi pemicu terjadinya konflik antara gajah dan
manusia.
Dampak
dari itu, kata Beno, Gajah bisa memasuki kawasan pemukiman warga, karena
berkurangnya lahan bagi habitat gajah.
Sementara
itu pemateri lainnya, Kasi Konservasi Wilayah III Lampung KSDA Bengkulu, Teguh
Ismail mengatakan, satwa liar sebagai kesimbangan ekosistem habitat dan satwa
besar seperti gajah, harimau dan lainnya menjadi indikator kerusakan ekosistem.
"Manusia
dan satwa liar sama-sama penting. Gajah harus dilindungi, maka itu harus
berdampingan," kata Teguh.
Ia
menuturkan, target BKSDA adalah populasi gajah beserta habitatnya di Indonesia
dapat pulih kembali dan dapat dipertahankan secara ekologis, genetik dan
geografis.
"Kemudian
pemerintah pusat dan daerah yang memiliki habitat gajah menggunakan strategi
aksi dalam merancang dan menetapkan rencana tata ruang dan pembangunan
daerah," ungkapnya.
Ia
mengatakan, pihaknya memiliki beberapa pengalaman untuk menjaga keberlangsungan
polulasi gajah dan menjaga ekosistemnya serta mencegah konflik dengan manusia,
di antaranya, dengan rekayasa tanaman harus ditingkatkan agar populasi gajah
terjaga.
Rekayasa
pakan alami dengan menanam rumput gajah, rumput teki, pisang, palem dan lainnya
yang disukai gajah di wilayah habitat gajah.
"Melakukan
penanaman penghindar gajah, seperti singkong pahit, tanaman berbau menyengat
seperti sereh, kemiri di dekat pemukiman warga. Agar gajah menjauhi lokasi tanaman yang tidak disukai gajah," bebernya.
Gajah,
kata Teguh, hewan yang pintar dan sensitif, namun bisa keluar dari habitatnya,
karena di dalam hutan sebagai habitatnya dialih fungsi menjadi lahan
perkebunan.
"Maka
gajah keluar dari hutan, karena rumput tetangga lebih segar, sementara di hutan
ada tanaman kopi dan lainnya," ungkapnya.(***)