Sumpah Pemuda di Era Milenial
Sejarah
Peran Sentral Pemuda
Sejarah mencatat,
bagaimana pemuda mampu mengambil peran dalam setiap momen pergerakan di
Indonesia. Tahun 1927, Seokarno, membangun organisasi perjuangan melawan Hindia
Belanda lewat Partai Nasional Indonesia (PNI) pada saat berusia 27 tahun. Pada
10 November Tahun 1945, Bung Tomo saat
berusia 25 tahun, membakar semangat pemuda rakyat di Surabaya mempertahankan
kemerdekaan menghadapi agresi militer sekutu.
Bukan hanya dalam periode
perjuangan kemerdekaan. Pemuda juga tetap hadir untuk menentang pemerintahan
Indonesia yang dianggap melenceng dari garis tujuan kesehjateraan Indonesia.
Pergerakan pemuda jugalah yang kritis terhadap pemerintahan Orde Lama
Soekarno. Sehingga Soekarno berhasil turun dari kekuasaannya.
Pada masa Pemerintahan
Orde Baru, tokoh-tokoh muda masih tetap hadir di garis depan mencatatkan
sejarah perlawanan. Hariman Siregar (24 tahun) pada peristiwa perlawanan rakyat
tahun 1974. Para pemuda reformasi, menjadi ikon perlawanan rakyat menumbangkan Soeharto
tahun 1998.
Tantangan
Pemuda Masakini
Sumpah Pemuda merupakan
keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan selama dua hari yaitu 27-28
Oktober 1928 di Batavia, atau yang kini dikenal dengan nama Jakarta.
Sejak saat itu, setiap
tanggal 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Seperti kita ketahui bahwa
butir Sumpah Pemuda yang ditulis Moehammad Yamin yaitu, Bertanah Satu,
Berbangsa Satu, dan Berbahasa Satu. Yang diharapkan pemuda pemudi
Indonesia selalu menjaga dan mempertahankan tanah air tercinta ini, dengan
keanekaragaman budaya, suku dan agama.
Butir-butir tersebut,
sayangnya, hanya menjadi kenangan sejarah. Kerap dihafalkan dan diucapkan,
tetapi minim pengamalan. Setidaknya, itu mulai terjadi saat memasuki era
milenium tahun 2000. Gesekan-gesekan diantara kelompok pemuda makin sering
terjadi.
Sebagai kelompok pemuda,
mayoritas pemuda dan mahasiswa sudah enggan mengamalkan Sumpah Pemuda. Tawuran
pelajar dan mahasiswa, seperti sudah menjadi berita biasa di media massa. Gesekan
yang kadang menimbulkan korban jiwa, disebabkan hal sepele dan remeh jamak
terjadi. Ini menjadi potret lunturnya semangat persatuan pemuda.
Belum lagi, gesekan
kepentingan dan benturan fisik kerap terjadi diantara aktifis mahasiswa di
internal organisasi kampus. Bukan rahasia umum, gesekan kerap terjadi diantara mahasiswa baik eksternal maupun internal kampus.
Gesekan ini disebabkan persaingan dalam merebut posisi Ketua Senat Mahasiswa atau
BEM Mahasiswa. Persaingan yang bermuara pada terkotak-kotaknya gerakan
mahasiswa. Aktivis Mahasiswa sebagai kelompok pemuda paling sentral, justru
kehilangan identitas nya.
Bergesernya
Garis Perjuangan Pemuda
Di era modern atau era
milenial seperti saat ini, pemuda tidak hanya sekeder menjadi objek teknologi.
Pemuda harus tampil sebagai subjek perkembangan teknologi yang sangat cepat.
Perjuangan para pemuda sudah bukan lagi melalui angkat senjata atau orasi turun
ke jalan.
Pemuda harus mampu memanfaatkan
kemajuan teknologi sebagai alat perjuangan mewujudkan kesehjateraan bersama.
Era saat ini, siapa yang menguasai teknologi, dia lah yang akan menang. Sudah
tidak ada lagi batasan ruang dan waktu. Beberapa pemuda Indonesia sudah
memberikan bukti.
Nadim Makarim bersama
Gojek-nya yang fenomenal berhasil tampil dan membuktikan peran pemuda dalam
pemanfaatan teknologi. Ratusan ribu orang memanfaatkan lapangan kerja baru
menjadi mitra layanan Gojek.
Selain pemanfaatan
teknologi untuk pelayanan jasa angkutan seperti Gojek, Pemuda Indonesia masih
memiliki contoh pemanfaatan teknologi kreatif.
Ada harapan yang bergerak pada sektor penyalur dan penyedia daging dan
ternak. Ada Sampah Muda yang memanfaatkan kemudahan dalam membuang limbah rumah
tangga atau Reblood yang memudahkan dalam mencari pendonor darah.
Dengan kata lain, disrupsi menjadi kanal penting pada
kreatifitas pemuda milenial. Dunia telah memasuki Revolusi Industri 4.0.
Oleh sebab itu, Pergerakan
Pencerdasan, Pergerkan Kemandirian, Pergerakan Informasi untuk kepentingan
masyarakat dan bangsa haruslah dikawal dengan masif oleh pemuda pemudi di Tanah
Air ini.
Garis besar yang harus
tertanam pada cita-cita kaum milenial adalah pemanfaatan teknologi. Bukan
sebaliknya, teknologi hanya dipergunakan untuk perbuatan yang tidak bermanfaat.
Karena Aktivis Milenial
tidak hanya melawan tetapi membangun untuk Generasinya dan Masa Depannya..
Salam Hormat Pemuda Indonesia.. Merdeka...!!!!
Sumpah Pemuda di Era Milenial
Oleh: Macro Aulia, S.E.
Sumpah Pemuda di Era Milenial
Oleh: Macro Aulia, S.E.