ISEI Lampung Bahas Prospek Keuangan Syariah Bareng Anggito Abimanyu


KATALAMPUNG.COM - Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Lampung dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Lampung menyelenggarakan Kuliah Tamu dan Diskusi Ekonomi “Prospek Keuangan Syariah” bersama Kepala Badan Pengelola Haji Dr. Anggito Abimanyu.




Kuliah Tamu Prospek Keuangan Syariah yang dimoderatori oleh Dr. Nairobi ini dihadiri oleh para mahasiswa, akademisi FEB Unila, Darmajaya, UIN Raden Intan Lampung, Universitas Saburai dan UM Metro serta para pengurus ISEI Cabang Lampung.

Dalam sambutannya, Dr. Ayi Ahadiat mengatakan, kegiatan ini merupakan program ISEI setelah Musda. Menurut Ayi, pembahasan tentang Keuangan Syariah sangat penting untuk menggali lebih dalam, terutama bagi terbentuknya program studi syariah di Universitas Konvensional.

“Ibarat kalau bank, ini seperti unit usaha syariah,” candanya, di Gedung E FEB Unila, Jum'at, 7 Desember 2018.

“Kita harus mengembangkannya lebih professional, karena seperti di Thailand, China dan Korea itu sangat maju sekali. Untuk itu, kita sebagai lokus komunitas muslim yang terbanyak harus mampu memanfaatkan peluang tersebut,” ujar Ayi.

Dalam konteks, sebagai muslim yang mengemban konsep Islam Rahmatan Lil Alamin, Ayi menilai, kehadiran keuangan syariah bukan hanya untuk muslim saja, tetapi secara luas untuk kesejahteraan bagi seluruh alam semesta.

Mengawali Kuliah, Dr. Nairobi mengatakan, teori ekonomi klasik, neo klasik dan sebagainya hanya berbicara tentang dunia. “Tidak pernah kita belajar teori ekonomi yang berbicara tentang dunia dan akhirat,” ucapnya.

Menurutnya, pembahasan tentang syariah berbicara tentang dunia dan akhirat dalam Islam. Islam, kata Nairobi, menuntun agar di dunia dan akhirat mendapatkan syurga.”Berarti ada jalannya yang harus kita tempuh, yaitu melakukan muammalah.”

“Salah satu muammalah itu adalah syariah itu sendiri. Di Indonesia, syariah sudah mulai berkembang, diibaratkan seseorang yang sedang belajar berjilbab, sehingga masih terlihat lekuk-lekuk tubuhnya dan diharapkan ke depan untuk lebih syar’i,” ujarnya.

Sementara itu, Dr Anggito Abimanyu menungkapkan bahwa perkembangan keuangan syariah di Indonesia tinggal menunggu waktu untuk terus lebih maju, melihat prospeknya yang begitu besar.

Dalam 5 tahun, aset Perbankan Syariah Indonesia tumbuh dengan tingkat 8,79 % per tahun, pembiayaan Perbankan Syariah tumbuh 10,05%. Sedangkan CAR Perbankan Syariah sebesar 15,02% dan NPF 3,50% pada tahun 2017.

Menurutnya, Indonesia memiliki peran penting dalam kancah global pada keuangan syariah. Dilihat dari besarnya pasar yang ada di Indonesia yang berada di peringat 1 atau 2 dunia.

“Sekarang sektor perbankan itu 5 persen, di Iran 40%, Saudi 19%, Malaysia 10% terhadap share dari market Perbankan Syariah. Sukuk kita ini 10 persen, cukup besar. Indonesia sudah cukup besar dari sisi penerbitan obligasi berbasis syariah,” ucapnya.

Mengelola keuangan syariah dan konvensional memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. Namun jika dilihat, aset keuangan syariah memang masih kecil, tapi meningkat, kata Anggito.

Ia menekankan pada pengembangan Sumber Daya Manusia yang memiliki konsentrasi pada syariah. Sebab hampir 90 persen pasar keuangan syariah diisi dari SDM yang berasal dari sekolah-sekolah konvensional. Maka, ia mengajak untuk mengembangkan SDM syariah melalui pendidikan yang terkonsentrasi secara khusus.

“Sekarang, Indonesia akan menjadi pusat dari produk halal. UU No. 33 Tahun 2014, membuka universitas yang memiliki laboratorium produk halal. Jadi nanti yang akan melakukan tes untuk produk halal itu adalah universitas dan bukan lagi MUI. MUI hanya memberikan sertifikat sementara uji kehalalan sebuah produk ada di lembaga-lembaga penelitian syariah,” paparnya.

Untuk itu, ia mengajak para milenial untuk melihat prospek yang besar pada produk syariah. Ia meminta para generasi muda untuk mempelajari tentang syariah baik secara pendidikan formal maupun non formal.

Editor: Guntur Subing
Diberdayakan oleh Blogger.