Middle Income Trap dan Pertumbuhan Berkualitas


OPINI - Middle Income Trap menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan, pasalnya untuk keluar dari ancaman jebakan ini Pertumbuhan Ekonomi Indonesia harus di atas 6%. Jika dilihat, sepanjang pertumbuhan ekonomi Indonesia lima tahun terakhir hanya berada dikisaran 5%-5,5% per tahun. Pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan sudah harus dilakukan segera.

 
Middle Income Trap dan Pertumbuhan Berkualitas
Arga Wijaya Hardy
Gubernur BEM FEB Unila, Kabiro Kajian Strategis ISMEI

Kondisi ekonomi Indonesia yang stagnan seperti itu jika diperhatikan akibat defisit neraca perdagangan yang mencapai US$160 juta. Oleh karena itu penting kiranya untuk pemerintah mengkaji ulang segala kebijakan perdagangan, baik itu perjanjian kerjasama dengan negara lain hingga penyederhanaan proses ekspor barang-barang dari dalam negeri. Hal ini diperlukan agar Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia tidak hanya menjadi target market negara-negara maju saja melainkan juga dapat bermain dan diperhitungkan.

Selain itu, Investasi asing yang terlalu mudah masuk menjadi persoalan, satu sisi baik karena apabila investasi masuk maka akan ada capital inflow, apabila investasi itu berada di sektor riil akan lebih baik karena menyerap tenaga kerja.

Namun, mudahnya investasi asing masuk ternyata tidak berbanding lurus dengan investor dalam negeri yang harus mengurus izin usaha berbelit-belit. Sehingga diduga pemerintah tidak mengambil kebijakan yang pro rakyat dan hanya pro investor asing yang justru akan menyebabkan pertumbuhan yang tidak berkualitas, serta keinginan untuk menjadi negara mandiri hanya soal wacana semata.

Banyak sektor yang potensial untuk dikembangkan, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif misalnya memiliki potensi luar biasa menyumbang devisa negara dari wisatawan mancanegara yang datang. Logikanya sederhana, saat wisatawan datang dia tidak akan menanyakan harga barang yang dibelinya karena wisatawan berbelanja bukan karena untuk memenuhi kebutuhan melainkan untuk memenuhi keinginan. Disinilah yang kemudian membuat wisatawan bertransaksi dengan menghilangkan asumsi rasionalitasnya, seperti, bisa saja dia membeli buah tangan untuk orang-orang dekatnya atau membeli sesuatu untuk disimpan sebagai kenang-kenangan. Maka pengembangan sektor ini mutlak harus dilakukan sebagai upaya mendorong pertumbuhan lebih berkualitas dan memiliki multiplier efect yang lebih luas.

Selain sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, sektor industri halal juga cukup menjanjikan. Mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama Islam merupakan market secara ekonomi, selain itu kebutuhan untuk menyediakan barang yang halal kedepan akan semakin tinggi. Industri fesyen (Inggris: fashion) muslimah juga saat ini sudah menjadi trend yang "digandrungi" perempuan Indonesia. Oleh karena itu diperlukan kawasan industri halal yang terintegrasi dan massif.

Sektor keuangan mikro juga memiliki dampak yang cukup signifikan dalam mendorong perekonomian masyarakat bawah, munculnya Baitul Mal wa Tamwil (BMT) maupun Bank Wakaf Mikro perlu diapresiasi dan didorong perkembangannya oleh seluruh elemen, sehingga pertumbuhan ekonomi kita dapat tumbuh lebih baik dan berkualitas.

Potensi-potensi sektor tersebut harus dimaksimalkan dengan sebaik-baiknya, dan tentunya harus didukung oleh seluruh stakeholder, sehingga upaya Indonesia untuk keluar dari Middle Income Trap adalah benar menjadi kenyataan. Selain itu, Pertumbuhan Ekonomi pun tidak hanya sekedar angka-angka melainkan benar-benar berkualitas.

Middle Income Trap dan Pertumbuhan Berkualitas
Oleh: Arga Wijaya Hardy
Gubernur BEM FEB Unila, Kabiro Kajian Strategis ISMEI
Diberdayakan oleh Blogger.