Menilik Proses Komunikasi Pada Keluarga Double Income


Saat ini, keluarga berpenghasilan ganda atau double income family telah menjadi fenomena global di setiap belahan dunia. Berdasarkan data US Bureau of Labor Statistics (2021), jumlah keluarga double income pada tahun 2020 mencapai angka 45,5%. Istilah ‘double income family’ itu sendiri dimaknai sebagai suatu kondisi ketika seorang suami dan istri yang sama-sama bekerja dan berperan sebagai pencari nafkah. Memang hal ini dinilai sah-sah saja, namun banyak kendala yang nyatanya muncul karena manajemen waktu dan komunikasi, sehingga kedua orangtua tidak memiliki banyak waktu untuk bersama dengan keluarga dan berdampak pada proses komunikasi yang terjadi dalam keluarga. 

Mengapa ini bisa menjadi suatu masalah?

Alasan utama yang mendasari masalah manajemen waktu dan komunikasi begitu penting dalam sebuah keluarga double income adalah karena waktu anak-anak bersama dengan kedua orang tuanya semakin berkurang. Peran kedua orang tua terhadap anaknya sangat berarti, dimana kedua orang tua bertanggung jawab dalam membimbing dan membentuk karakter seorang anak, ataupun hanya sekedar mendengarkan anak bercerita.  Waktu dan komunikasi antara anak dan kedua orang tua merupakan hal penting yang seharusnya sudah menjadi sebuah prioritas oleh keduanya. Situasi yang serius juga akan muncul karena adanya konflik dan perdebatan tentang pengasuhan anak, pengelolaan rumah tangga, dan pengelolaan keuangan dalam keluarga. Kondisi ini akan menambah tingkat stres yang dialami oleh anak maupun kedua orangtuanya.


Menilik Proses Komunikasi Pada Keluarga Double Income


Kini dalam konsep keluarga double income, tuntutan kerja dan keterbatasannya waktu menjadi sebuah tantangan tersendiri dalam melakukan proses komunikasi demi menjaga keintiman dan keharmonisan keluarga. Tidak hanya itu, segala kebutuhan anaknya pun terkadang dilimpahkan kepada asisten rumah tangga dan sekaligus menjaga serta mengawasi anaknya ketika di rumah. Hal ini sangat disayangkan karena bagaimanapun peran ayah dan ibu tidak akan pernah bisa tergantikan bagi seorang anak. Parahnya lagi, jika hal ini berlangsung lama maka tidak menutup kemungkinan seorang anak akan kehilangan siapa itu sosok ayah dan ibu di dalam hidupnya.

Beberapa masalah yang terjadi pada keluarga double income

Dalam suatu keluarga komunikasi merupakan hal yang penting dan sering dilakukan. Komunikasi merupakan suatu proses yang meliputi menyampaikan, menerima, mengartikan dan menyimpulkan suatu pesan yang berlangsung secara terus menerus. Pola komunikasi keluarga bisa berlangsung dari Ayah kepada Ibu, orang tua pada anak dan dari anak ke anak. Komunikasi di dalam keluarga memiliki banyak tujuan diantaranya untuk bertukar cerita dan pikiran serta menjalin hubungan yang lebih harmonis. Pola keluarga dengan double income mengakibatkan sulitnya pembagian waktu antara tuntutan pekerjaan dan keluarga. Keluarga double income dengan orang tua yang keduanya bekerja mempunyai waktu yang dihabiskan lebih banyak untuk bekerja dan lebih sedikit berada di rumah, sehingga sedikit waktu juga untuk berkomunikasi dan bercengkrama dengan anak anak maupun anggota keluarga lain.

Kondisi keluarga double income juga menyebabkan adanya perubahan dalam proses komunikasi baik dalam hal waktu maupun media komunikasi yang digunakan, dikarenakan kesibukan kedua orang tua yang bekerja. Komunikasi yang biasanya dilakukan secara langsung dapat juga digantikan dengan komunikasi melalui media, seperti telepon atau WhatsApp. Namun, terdapat hambatan dalam komunikasi melalui media tersebut. Hambatan tersebut wajar saja terjadi karena melakukan komunikasi jarak jauh. Hambatan komunikasi jarak jauh yang sering terjadi pada media telepon atau Whatsapp, yaitu jaringan yang tidak stabil, kebisingan dari lingkungan, terjadinya kesalahpahaman saat jaringan terputus atau dalam menafsirkan pesan. 

Keluarga dengan kondisi double income memang cenderung memiliki status finansial yang stabil karena penghasilan diperoleh dari kedua orang tua yang sama-sama bekerja. Namun di sisi lain kesibukan orang tua termasuk durasi kerja kedua orang tua akibat kondisi keluarga double income juga turut andil dalam perubahan pola komunikasi dan pengasuhan anak yang terjadi di sebuah keluarga. Dalam mengasuh anak diperlukan adanya peran dari kedua orang tua, terutama ibu yang cenderung memiliki ikatan yang kuat dengan anak-anaknya. Namun pada kondisi keluarga dengan double income, waktu yang seharusnya digunakan untuk berkumpul bersama keluarga menjadi berkurang sehingga menyebabkan menurunnya keharmonisan hubungan dan komunikasi antar anggota keluarga serta meningkatkan risiko timbulnya konflik keluarga.

Perseteruan dalam keluarga memang merupakan hal yang awam, karena sejatinya tidak ada keluarga yang luput dari konflik. Hal tersebut dapat terjadi karena perbedaan pemikiran dan kegagalan berkomunikasi. Pada keluarga dengan kondisi double income, konflik cenderung lebih mudah terjadi karena beberapa faktor yang telah disebutkan diatas. Konflik yang terjadi biasanya meliputi perdebatan tentang pola pengasuhan anak, pengelolaan rumah tangga, pengelolaan keuangan, serta strain based conflict dengan kondisi ayah dan ibu terlalu fokus kepada pekerjaan sehingga anak merasa kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya. 

Bagaimana solusi untuk menghindari terjadinya konflik pada keluarga double income?

Keluarga dengan kondisi double income atau kedua orang tua bekerja disarankan untuk menjaga komunikasi tetap dilakukan agar senantiasa menjaga keharmonisan keluarga dan terhindar dari konflik. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk menjaga pola komunikasi keluarga double income diantaranya dengan meluangkan dan menentukan waktu untuk bisa berkumpul bersama dan saling berkomunikasi. Jika ada anggota keluarga yang bekerja di luar kota maka bisa melakukan call whatsapp atau video call sehari sekali sekedar menanyakan kabar agar komunikasi tetap terjaga. Kegiatan lain yang dapat dilakukan yaitu setiap weekend melakukan quality time walaupun hanya beberapa jam saja asalkan berkualitas bagi setiap anggota keluarga bisa menjaga keharmonisan dalam keluarga.

Menjalin komunikasi yang baik, menghargai waktu berkomunikasi bersama keluarga, mempunyai interaksi yang baik dengan anggota keluarga, memiliki pegangan spiritual, membina hubungan kehangatan walaupun tidak tinggal satu atap, tidak egois satu sama lain, serta memiliki kejujuran, kepercayaan dan kesetiaan terhadap anggota keluarga yang jauh dapat menjadikan keluarga harmonis. Berkomunikasi efektif dengan anak bertujuan untuk membangun hubungan yang harmonis dengan anak, membentuk suasana keterbukaan dan saling mengerti kebutuhan serta keinginan masing-masing pihaknya. Hal-hal tersebut merupakan momen-momen penting yang dapat menjaga komunikasi dalam sebuah keluarga.

Baca Juga: Manajemen Stres dan Kelelahan pada Ibu Tunggal

Orang tua double income yang memiliki anak yang masih kecil disarankan untuk tidak melimpahkan semua beban pengasuhan anak kepada pengasuh atau babysitter. Hal ini, karena anak akan menjadi lebih dekat dengan orang lain dibandingkan dengan kedua orang tuanya sendiri. Orang tua diharapkan tetap melakukan pengasuhan atau berkomunikasi dengan anak walaupun sedang di tempat kerja, tetap memantau anak agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Bukan hanya ibu, tetapi ayah juga berperan dalam melakukan komunikasi dan pengasuhan terhadap anak. Pola komunikasi yang diterapkan secara tepat dapat mempengaruhi pembentukan karakter pada anak, salah satunya yaitu kemandirian anak.

Penulis adalah Mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, IPB University.

Dosen Pengampu : Dr. Yuliana Eva Riany, S.P., M.Ed

Penulis : Affandy Asyirof M, Aini Syafira, Ajeng Luthfiani N, Alya Rahmadanti

Diberdayakan oleh Blogger.