BI Lampung: Risiko Inflasi Global Masih dalam Tendensi Meningkat

KATALAMPUNG.COM - Deputi Kepala Perwakilan BI Lampung, Irfan Farulian mengatakan risiko inflasi global masih dalam tendensi meningkat, terutama disebabkan oleh kenaikan harga energi dan peningkatan ekspektasi inflasi sejalan dengan tingginya ketidakpastiaan konflik geopolitik Rusia-Ukraina.

BI Lampung: Risiko Inflasi Global Masih dalam Tendensi Meningkat


"Peningkatan laju inflasi pada tahun 2022 mendorong berbagai bank sentral di dunia untuk segera melakukan pengetatan kebijakan moneter," ujarnya saat menjadi pembicara pada kegiatan Seminar dan Rapat Kerja Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Lampung, di Bukit Randu Hotel & Resto Bandar Lampung, Sabtu (6/8/2022).

Baca Juga: Ketua ISEI Lampung Apresiasi Kinerja Pemprov dalam Menurunkan Angka Kemiskinan

Ia mengungkapkan, laju inflasi bahan pangan global mulai melandai, namun tetap pada level tinggi jika dibandingkan tahun 2021. “Risiko inflasi global meningkat seiring dengan adanya Kebijakan proteksionisme dari berbagai negara sebagai respon dari disrupsi pasokan global akibat berlanjutnya ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina serta kebijakan Zero Covid Tiongkok,” terang Irfan.

Pembatasan perdagangan meningkat setelah invasi Rusia ke Ukraina dan memicu krisis pangan terburuk dalam satu dekade. Berdasarkan pemantauan World Bank Global Trade Alert, sebanyak 74 pembatasan ekspor (total ada 98, termasuk yang telah kadaluarsa) yang berlaku per Mei 2022, baik berupa kenaikan tarif pajak maupun larangan langsung.

Pembatasan ekspor ini diberlakukan untuk komoditas pupuk, gandum, dan produk makanan lainnya sejak awal tahun. Demikian pula, terdapat 61 liberazing import reforms yang berlaku sebagai upaya pemenuhan pasokan pangan, misalnya pemotongan tarif impor (total ada 70, termasuk yang telah kadaluarsa).

Sementara itu untuk kondisi di dalam negeri khususnya Sumatera, kenaikan harga komoditas hortikultura masih menjadi pendrong utama laju inflasi Sumatera pada Juli 2022. 

Baca Juga: BPS, Standar Garis Kemiskinan Lampung Naik pada Maret 2022

Tekanan inflasi Sumatera pada Juli 2022 lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya disebabkan oleh berlanjutnya hambatan produksi aneka cabai dan bawang merah akibat curah hujan yang tinggi, terbatasnya populasi ayam petelur akibat dilakukannya afkir dini di awal tahun, dan berlanjutnya transmisi harga energi dunia.

Realisasi inflasi Lampung 2021 tercatat lebih baik dibandingkan Nasional dan Sumatera. Namun risiko secara broad-based meningkat pada tahun 2022.

Baca Juga: Gubernur Lampung Harap ISEI Lampung Aktif Menjadi Pemikir, Perancang dan Pelaksana Pembangunan

"Sehingga realisasi inflasi Lampung, Sumatera dan Nasional pada Q2:2022 tercatat melebihi batas atas sasaran inflasi nasional. Risiko inflasi tahun 2022 meningkat dengan kuat seiring meluasnya permasalahan pola tanam aneka cabai dan bawang merah, adanya sikap proteksionisme beberapa negara, serta terapresiasinya ekspektasi dan mobilitas masyarakat,” jelas Irfan.

Irfan menambahkan, diperlukan upaya dan pengambil kebijakan segera untuk menahan laju inflasi, meski perbaikan faktor struktural juga harus menjadi concern bersama. Rapat koordinasi High Level Tim Pengendali Inflasi Wilayah Sumatera, pada Juni 2022 lalu merekomendasikan tiga hal, yakni upaya penguatan distribusi pangan, upaya penguatan kelembagaan dan perluasan kerjasama antara daerah, dan upaya peningkatan produksi pangan.

Diberdayakan oleh Blogger.