Peluang Ekonomi Indonesia di Tahun 2018
JAKARTA,katalampung.com - Peluang Ekonomi Indonesia Tahun 2018
dapat dilihat dari Upturn penguatan
ekonomi global dan harga komoditas dunia yang turut mendorong optimisme
penguatan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2018.
Optimisme itu disampaikan
di dalam bahan presentasi “Prospek Ekonomi dan Sektor Jasa Keuangan
2018”, Wimboh Santoso, Phd, Ketua Dewan Komisioner Otoritas jasa Keuangan
(OJK) RI pada acara Breakfast Meeting: Prospek Ekonomi Indonesia 2018 yang digelar
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Jakarta, Kamis, 2 November 2017.
Selain hal tersebut,
menurut bahan kajiannya, pengakuan dunia internasional terhadap solidnya
kinerja perekonomian harus dimanfaatkan sebagai momentum untuk menggairahkan
iklim usaha ditahun 2018.
Pengakuan-pengakuan itu,
seperti:
Kedua, Indonesia memiliki market size yang besar, performa ekonomi yang solid dan perbaikan diseluruh pilar daya saing, dimana peringkat daya saing global Indonesia naik 5 peringkat dari 41 menjadi 36.
Ketiga, Indonesia menjadi salah satu negara yang mendapat predikat “the most notable improvement in performance” atas kenaikan 19 peringkat dalam kemudahan berbisnis (peringkat naik dari 91 ke 72).
Keempat, selain Tiongkok dan India, Indonesia diharapkan menjadi “one of the top innovators among the emerging economies”.
Faktor lainnya yang dapat
dimanfaatkan adalah trend penurunan suku bunga domestik. Trend ini diharapkan
mampu mendongkrak kinerja sektor riil Indonesia.
Ditambahkannya,
pembangunan infrastruktur di berbagai daerah diiringi juga oleh sektor jasa
keuangan Indonesia yang berkomitmen untuk turut menjaga momentum pertumbuhan di
tahun 2018. Dimana kebutuhan infrastruktur Indonesia terus meningkat dari
USD57,3 bn di tahun 2014, dengan proyeksi kebutuhan di tahun 2025 menjadi
USD138,6 bn.
Kredit perbankan untuk
sektor infrastruktur juga dalam trend yang meningkat. Hal ini dapat dilihat
pada tahun 2013 kredit perbankan untuk infrastruktur sebesar Rp370,1 T (NPL: 2,01%)
menjadi Rp410,7 T (NPL: 3,08%) di tahun 2014. Pada tahun 2015 sebesar Rp461,7
T(NPL: 3,27%), 2016 meningkat menjadi Rp518,2 T (NPL: 3,56%) dan pada tahun
2017 mencapai Rp544,9 T (NPL: 3,13%).
Baca Juga: Perkembangan FinTech, E-Commerce dan Cyber Crime di Indonesia
Baca Juga: Perkembangan FinTech, E-Commerce dan Cyber Crime di Indonesia
Sementara itu, investasi
melalui instrumen di pasar modal meliputi; KIK EBA PT Jasa Marga (Persero) Tbk
senilai Rp2 trilyun; KIK EBAPT PLN (Persero) senilai Rp4 trilyun; RDPT PT
Bandar Udara Internasional Jawa Barat (sedang dalam proses); dan Efek Beragun
Aset-Surat Partisipasi (EBA-SP) PT Sarana Multigriya Finansial (Persero)
sebesarRp2,7 trilyun (akumulatif).
Ditambah lagi dengan
kinerja lembaga jasa keuangan domestik yang secara umum dalam kondisi yang
solid untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Dilaporkan
Oleh: Guntur Subing