Menjadi Milenial Yang Berdaya Saing


KATALAMPUNG.COM - Revolusi Industri 4.0 menuntut manusia Indonesia untuk menjadi entrepreneur dan mencipatakan lapangan pekerjaan. Kehilangan pekerjaan akan banyak terjadi jika tidak mampu memanfaatkan peluang yang besar dari Revolusi Industri 4.0. Untuk itu menjadi milenial yang berdaya saing sangat dibutuhkan di era digital.


Menjadi Milenial Yang Berdaya Saing


Revolusi Industri 4.0 adalah era dimana semua serba otomatisasi, berbasis computing, artificial intelligent dan internet optic. Kesemuanya itu sudah bisa dinikmati, dengan berbagai macam device yang digunakan saat ini.

“Era sekarang ini memungkinkan semua orang untuk menciptakan apapun, termasuk konten-konten yang positif, memanfaatkan teknologi untuk pemberdayaan, dan untuk digital economy. Negara sudah memiliki visi yang inline dengan perkembangan era revolusi ini,” ujar Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Adita Irawati pada acara Forum Sosialisasi Membangun Generasi Milenial di Kampus FEB Unila, Bandar Lampung, Kamis, 29 November 2018.

Menurutnya, pemerintah telah membangun infrastruktur dalam menghadapi era digital, walaupun belum sepenuhnya sempurna. Untuk itu ia meminta kepada para generasi muda atau generasi milenial agar memanfaatkan berbagai macam fasilitas yang telah diberikan oleh Negara.

“Ketika kita bicara Revolusi Industri 4.0, berarti bicara tentang ‘speed scale and force’. Bahkan saat ini komunikasi bukan hanya antar manusia saja, tetapi antar mesin pun sudah saling berkomunikasi,” kata Adita.

Adita menilai, akan banyak profesi-profesi atau pekerjaan yang bisa digantikan oleh mesin. Maka, katanya, akan banyak pekerjaan-pekerjaan yang hilang di tengah masyarakat.

“Kalian merasa terancam ga sih dengan hal itu? Kita akan terancam jika tidak bisa mengambil momentum dari kemajuan teknologi ini. Bagaimana untuk mengambil manfaat dari era Industri 4.0 ini? Perlu diketahui, pengguna mobile sampai dengan Januari 2018 sebanyak 178 juta orang dan pengguna internet mencapai 132 juta orang. Artinya, potensi ini luar biasa, semua bisa diciptakan, disalurkan dan diberdayakan melalui device yang kita pegang,” paparnya.

Device, menurut Adita, apapun itu seharusnya bisa membuat lebih produktif. Dengan cara, menghasilkan konten-konten yang bermanfaat dan bukan menjadi korban dari kemajuan teknologi itu sendiri.

Bagaimanapun juga majunya sebuah teknologi ada aspek-aspek humanis yang tidak bisa digantikan oleh mesin, ada aspek yang masih membutuhkan kreatifitas manusia yang tidak bisa dilakukan oleh mesin.

“Manusia diberi otak, diberi hati, diberi jiwa yang harus dielaborasi sehingga tidak bisa digantikan oleh apapun. 65% siswa SD sekarang, yang diprediksi untuk 25 tahun ke depan akan bekerja pada pekerjaan yang tidak ada pada saat ini. Bersiaplah kita akan berkomunikasi tidak hanya dengan manusia tetapi juga dengan mesin,” katanya.

Segala perubahan yang ada bukanlah sebuah ancaman, namun, kesemuanya itu adalah tantangan yang harus dibalik menjadi peluang.”Tolong mindset-nya diubah ya, jangan merasa terancam, tapi anda juga harus merasa tertantang untuk belajar terus mengembangkan diri, mengasah keterampilan dan menjadi pribadi-pribadi yang mandiri dan tangguh, karena jelas bahwa kita tidak bisa digantikan oleh mesin.”

Untuk menjadi milenial yang berdaya saing, Adita menggaris bawahi pentingnya nilai tambah yang harus dimiliki oleh para milenial. “Perlu untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, berorganisasi, menjadi volunteer dan juga bergaul dengan orang-orang yang punya pemikiran positif. Di era 4.0 butuh manusia yang lebih punya sisi-sisi kemanusiaan yang lebih besar lagi dan itu tidak bisa digantikan oleh mesin.”


Baca Juga: Membangun Infrastruktur, Membangun Peradaban

“Jangan menjadi orang yang gaptek, ikuti pelatihan-pelatihan tentang literasi digital dan literasi teknologi yang sudah banyak tersedia di lingkungan kita. Kita butuh keterampilan untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0,” imbuhnya.

Untuk mengasah keterampilan-ketarampilan itu, Adita mengimbau agar para milenial update terhadap informasi media dan teknologi. Apalagi kedua hal tersebut mudah untuk didapat.

“Jadilah orang yang sensitif terhadap isu-isu terkini, jangan device yang dipakai hanya untuk konsumsi game, chatting dan posting sesuatu yang terlalu narsis sifatnya, tetapi manfaatkanlah untuk hal yang lebih produktif,” urainya.

Pada kesempatan itu, Adita juga mengajak para milenial untuk terus belajar berinovasi, aktif berorganisasi dan terampil. Menurutnya, para milenial perlu juga untuk banyak membaca buku, terampil berbahasa asing, menabung, memiliki soft skill dan mencari pengalaman melalui travelling.

Editor: Guntur Subing
Diberdayakan oleh Blogger.