Beban Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Keuangan Penderita Tuberkulosis

KATALAMPUNG.COM - Penyakit Tuberkulosis (TBC) telah ditetapkan sebagai masalah kesehatan global. TBC menjadi penyakit yang saat ini sedang gencar ditangani oleh masyarakat dunia. Indonesia merupakan negara dengan peringkat ketiga setelah India dan Cina dalam kasus tuberkulosis.

Beban Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Keuangan Penderita Tuberkulosis


TBC adalah penyakit kronis dan menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut dapat menyerang paru-paru, ginjal, tulang belakang, dan otak.

Gejala utama dari penyakit ini, yaitu batuk berdahak selama tiga minggu atau lebih. Selain itu, disertai juga dengan gejala lain seperti batuk darah atau dahak bercampur darah, sesak nafas, nyeri dada, badan lemas, letih, nafsu makan menurun, dan berat badan menurun.

Dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kasus TBC di Indonesia mencapai 845.000 dengan angka kematian sebanyak 13.947 pada tahun 2020.

Tuberkulosis dan Beban Ekonomi yang Ditanggung Penderita

Penyakit TBC tidak hanya menyerang kesehatan, namun juga menyebabkan masalah sosial ekonomi penderitanya terutama dari kalangan menengah ke bawah dengan penghasilan tidak tetap.

Contohnya, sebuah kasus dengan salah satu anggota keluarga sebagai penderita TBC. Jika salah satu anggota keluarga menderita suatu penyakit terutama penyakit kronis yang mengharuskannya berhenti dari kegiatan rutinnya dan menjalani pengobatan intensif tertentu sangat berdampak bagi ekonomi keluarga.

Baca Juga: Manajemen Keuangan Keluarga Single Income di Era Pandemi Covid-19

Biaya pengobatan yang tidak sedikit dengan penghasilan rata-rata rumah tangga yang menurun akibat sakitnya salah satu anggota keluarga dan mengganggu perputaran uang dalam keluarga. Hal tersebut menjadi beban ekonomi yang harus ditanggung penderita dan keluarganya.

Beban ekonomi yang ditanggung oleh pasien tuberkulosis dan anggota keluarganya merupakan penjumlahan unsur biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung dihitung dari jumlah pengeluaran kantong pribadi (out of pocket) selama menjalani penegakan diagnosis Tuberkulosis (pre treatment), masa pengobatan di rumah sakit (treatment), pengeluaran biaya nutrisi tambahan, serta biaya rawat inap.

Sedangkan biaya tidak langsung terdiri dari biaya produktivitas atau pendapatan yang hilang dan kerugian yang timbul karena mencari pengobatan seperti berhenti kerja karena sakit. Beban ekonomi ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti jenis penyakit kronis yang diderita, peran anggota keluarga yang mengidap penyakit kronis, dan jenis penghasilan rumah tangga.

Bagaimana cara mengatasi beban ekonomi yang timbul?

Sifat dari penyakit tuberkulosis akan menimbulkan beban ekonomi yang besar bagi rumah tangga. Rumah tangga dengan penghasilan rendah dan tidak tetap akan mengalami pengeluaran katastropik, hilangnya pendapatan rumah tangga karena jatuh sakit, produktivitas menurun akibat sakit, prestasi akademik menurun, bahkan kematian dini.

Hilangnya hari kerja dan penurunan kesejahteraan membuat penderita dan keluarga melakukan coping strategy, yaitu tindakan yang bertujuan untuk mengatur biaya dengan melakukan penjualan aset atau meminjam, bahkan mencegah biaya timbul dengan mengabaikan penyakit dengan tidak melakukan pengobatan.

Strategi bertahan hidup dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai strategi. Strategi bertahan hidup dapat digolongkan menjadi 3 kategori yaitu strategi aktif, strategi pasif, dan strategi jaringan.

Strategi aktif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara memanfaatkan segala potensi yang dimiliki. Strategi aktif biasanya dilakukan dengan cara mengoptimalkan segala potensi keluarga, misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja dan melakukan apapun demi menambah penghasilannya.

Strategi pasif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara meminimalisir pengeluaran keluarga, misalnya biaya untuk sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya.

Strategi jaringan yaitu membuat hubungan dengan orang lain. Misalnya menjalin relasi, baik formal maupun informal dengan lingkungan sosial dan lingkungan kelembagaan. Misalnya meminjam uang dengan tetangga, hutang di warung, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke bank dan sebagainya.

Lalu, strategi mana yang lebih baik diterapkan?

Setiap individu dalam keluarga akan memiliki kerangka pemikiran sendiri dalam proses pengambilan keputusan keuangan dalam rumah tangga. Keputusan-keputusan yang diambil terkait dengan masalah keuangan keluarga harus melalui sejumlah pertimbangan untuk menghindari risiko masalah keuangan.

Keberadaan fluktuasi ekonomi dan fluktuasi harga menyebabkan setiap rumah tangga harus cerdas dalam mengambil sikap. Pembagian peran antara suami dan istri dalam kehidupan rumah tangga terdiri dari pengambilan keputusan, pengelolaan keuangan keluarga, dan pengasuhan anak. Pengambilan keputusan umumnya diputuskan oleh suami sebagai kepala keluarga dengan melibatkan istri maupun anggota keluarga lain dalam perundingan.

Keluarga yang memiliki pendapatan tetap dan tidak tetap memiliki strategi pengelolaan keuangan yang berbeda, strategi aktif dan pasif. Bagi keluarga yang memiliki pendapatan tetap akan melakukan strategi pasif dengan cara berhemat atau meminimalisir pengeluaran keluarga.

Sedangkan, keluarga yang tidak memiliki pendapatan tetap akan melakukan strategi aktif dengan cara memaksimalkan atau memanfaatkan sumber daya keluarga. Penentuan strategi oleh keluarga melalui proses manajemen pengambilan keputusan dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, memahami tujuan dan kebutuhan, kemudian mengidentifikasi nilai-nilai dan sumber daya pendukung, kemudian pengambilan keputusan dapat ditentukan dan dilaksanakan.

Besarnya penghasilan bukan ukuran seseorang mengalami masalah finansial. Faktor perilaku individu seseoranglah yang mempengaruhi keberhasilan dalam mengelola keuangan. Faktor personality sebagai karakter pribadi dalam pengelolaan keuangan. Termasuk menyangkut bagaimana perilaku seseorang menggunakan seluruh pendapatannya. Sering dialokasikan melalui pengeluaran dan didasari oleh perilaku mereka yang tercermin dalam gaya hidup, pengaruh lingkungan maupun dorongan pada dirinya.

Pengelolaan keuangan keluarga merupakan sebuah strategi untuk mencapai tujuan keuangan di masa datang. Strategi ini adalah suatu keputusan keuangan yang berdasarkan pengetahuan dan kemampuan teknis seseorang perihal portofolio dan produk keuangan yang tepat sesuai kondisi keluarga.

Perbedaan cara pengambilan keputusan ini yang pada akhirnya menentukan keberhasilan dalam pengelolaan keuangan keluarga di masa yang akan datang.

Kasus pada keluarga dengan penderita TBC sangat berpengaruh besar terhadap perekonomian keluarga tersebut. Pengelolaan keuangan pada keluarga penderita TBC dapat dilakukan dengan beberapa strategi, yaitu strategi aktif serta strategi pasif dan jaringan.

Pemilihan strategi disesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga itu sendiri. Strategi aktif digunakan pada keluarga yang berpendapatan tidak tetap dengan memaksimalkan atau memanfaatkan sumber daya keluarga. Strategi pasif dan jaringan digunakan pada keluarga yang berpendapatan tetap dengan cara berhemat dan meminimalisir pengeluaran keluarga.

Kasus pada salah satu keluarga dengan kepala keluarga penderita TBC menggunakan strategi pasif dan jaringan dalam pengelolaan keuangannya hingga penderita sembuh. Selain penerapan strategi pengelolaan yang baik, diperlukan pula kerjasama antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam suatu nilai-nilai keluarga, yaitu nilai pengorbanan dan cinta kasih sehingga pengelolaan keuangan menjadi lebih bijak serta kehidupan tetap tercukupi.

Ditulis oleh:

Gisella Herni R, Leonie Christy JP, Mahalia Fafilia BG, Rahmah Fauziah, Sekar Kusuma F

Penulis adalah Mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia, IPB University

Dosen:

Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si, Dr. Ir. Lilik Noor Yulianti, MFSA

Diberdayakan oleh Blogger.