Manajemen Sumberdaya Manusia pada Masyarakat Sosial Ekonomi Menengah Keatas

KATALAMPUNG.COM - Manajemen sumberdaya keluarga (MSDK) merupakan tantangan bagi setiap keluarga. Mengelola sumber daya tidaklah semata-mata untuk kegiatan di dalam rumah tangga, akan tetapi juga untuk kegiatan di luar rumah tangga yang erat kaitannya dengan kepentingan anggota keluarga. Semakin berkembangnya zaman, kebutuhan keluarga semakin meningkat yang menyebabkan keluarga harus memaksimalkan penggunaan sumber daya keluarga.

Manajemen Sumberdaya Manusia pada Masyarakat Sosial Ekonomi Menengah Keatas


Perbedaan status sosial keluarga merupakan salah satu faktor dalam  perbedaan penerapan manajemen yang digunakan. Keluarga menengah keatas diduga memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, pendapatan dan jumlah aset yang lebih besar, tingkat masalah yang lebih rendah serta tujuan keluarga yang lebih baik dibandingkan dengan keluarga menengah kebawah.

Baca juga: Permasalahan Manajamen Keuangan Keluarga Pesisir di Desa Kerau, Bangka Belitung

Oleh karena itu, keluarga menengah keatas diduga menerapkan manajemen sumberdaya keluarga yang lebih baik dibandingkan keluarga miskin. Penerapan manajemen yang lebih baik diduga menciptakan kesejahteraan keluarga yang lebih baik pula.

Karakteristik keluarga, dapat diukur untuk mengetahui pengelolaan sumberdaya yang dilakukan oleh keluarga. Karakteristik keluarga dapat berupa demografi, sosial, dan ekonomi.

Demografi mengacu pada usia keluarga dan besar keluarga. Besar keluarga mengacu pada jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan hidup dari sumber pengelolaan sumberdaya yang sama.

Sosial mengacu pada jenjang pendidikan dan lama pendidikan. Ada hubungan yang positif antara pendidikan dengan jumlah kekayaan pada semua usia. Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi peluang pekerjaan yang didapatkan sehingga semakin besar jumlah kekayaan yang dimiliki.

Ekonomi mengacu pada pendapatan, pengeluaran, pekerjaan, dan rasio utang terhadap aset. Aset merupakan salah satu sumberdaya atau kekayaan yang dimiliki oleh keluarga. Aset juga menjadi suatu alat pemuas kebutuhan. Oleh sebab itu, keluarga yang memiliki aset lebih banyak cenderung lebih sejahtera jika dibandingkan dengan keluarga yang memiliki aset yang terbatas.

Masalah keluarga timbul dari kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan fakta yang terjadi. Masalah dapat menimbulkan keadaan yang tidak baik yang mempengaruhi kesejahteraan seseorang. Penelitian tersebut membagi permasalahan yang dirasakan menjadi masalah pangan, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan, dan pengembangan diri.

Contoh masalah keragaman pangan terjadi karena adanya anggota keluarga yang tidak menyukai jenis makanan tertentu, seperti seafood atau jenis sayuran tertentu. Karena hal tersebut, pemilihan pangan menjadi lebih sedikit karena menyesuaikan dengan anggota keluarga lainnya.

Tujuan keluarga didefinisikan sebagai hasil akhir yang dituju dari suatu tindakan, biasanya berkaitan dengan tenggat waktu, pencapaian prestasi, penyelesaian, dan kesuksesan. Tujuan dalam keluarga dapat berupa pendidikan, perumahan, kesehatan, ekonomi, pangan, spiritual, sosial, dan psikologis.

Tujuan dalam aspek spiritual yaitu kian mendekatkan diri dengan Tuhan, pergi haji dalam beberapa tahun mendatang, memiliki anak shaleh/shalehah, dan menjadi keluarga abadi di dunia-akhirat. Adapun, dalam aspek psikologis, mereka berupaya mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warahmah (samawa) dan hidup tentram.

Pada aspek ekonomi bagi keluarga menengah ke atas memiliki tujuan seperti : Keluarga muda yang belum memiliki anak, umumnya akan menyiapkan keperluan kehamilan dan persalinan yang pertama, sedangkan bagi yang memiliki anak usia prasekolah akan menyiapkan dana pendidikan anak.

Memasuki usia pertengahan, kebutuhan dan tuntutan hidup yang semakin banyak perlu diimbangi dengan pemasukan keluarga. Sebelum memasuki usia pensiun, keluarga perlu menyiapkan perencanaan untuk kehidupan hari tua, misalnya dengan mengumpulkan modal untuk membangun usaha mandiri, dan lain-lain. Dengan demikian, dalam setiap siklus keluarga, aspek ekonomi (finansial) menjadi tujuan.

Baca Juga: Peran Keluarga dalam Perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus

Manajemen sumberdaya manusia pada keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke atas dapat diukur berdasarkan karakteristik keluarga, seperti demografi (usia suami dan istri dan besar keluarga), sosial (jenjang pendidikan dan lama pendidikan), ekonomi (pendapatan, pengeluaran, pekerjaan, dan rasio hutang terhadap aset).

Masalah keluarga dan tujuan keluarga juga dapat menjadi ukuran dalam mengetahui manajemen sumberdaya keluarga. Keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke atas memiliki jumlah aset yang lebih banyak dibandingkan dengan hutang sehingga hutang dapat dilunasi dengan aset yang dimiliki. Tingkat masalah menunjukkan banyaknya masalah yang dirasakan oleh setiap keluarga.

Keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke atas cenderung memiliki tingkat masalah yang relatif rendah. Masalah yang paling dirasakan oleh keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke atas adalah masalah pengembangan diri. Tujuan mengacu pada hasil akhir yang dituju dari suatu tindakan. Tujuan dari keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke atas lebih memfokuskan kepada aspek spiritual dan psikologis. 

Ukuran lain untuk mengetahui manajemen sumberdaya manusia pada keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke atas yaitu dari aspek pangan, perumahan, pengasuhan, pendidikan, dan kesehatan. Keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke atas melakukan perencanaan dalam penyediaan pangan, tetapi tidak sampai menuliskan perencanaan tersebut. Kebutuhan gizi anggota keluarga sangat diperhatikan dengan memastikan keluarga dapat makan dengan teratur.

Pada aspek perumahan, keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke atas sangat mengupayakan untuk menciptakan rumah yang aman bagi anggota keluarganya. Ada tiga hal yang sangat diperhatikan pada aspek pengasuhan, yaitu mempertimbangkan tahap perkembangan anak dalam melakukan pengasuhan, meningkatkan kualitas stimulasi perkembangan anak, dan mencari solusi penyelesaian masalah pengasuhan anak.

Pada aspek pendidikan, perencanaan pendidikan anak dan penyediaan sarana dan prasarana belajar anak lebih dominan diawasi. Kesehatan anggota keluarga sangat diperhatikan dengan melakukan pengobatan pada anggota keluarga yang sakit ke balai pengobatan dan mencari solusi penyelesaian masalah pemeliharaan kesehatan keluarga.

Kesejahteraan keluarga dapat diukur berdasarkan indikator kesejahteraan fisik, kesejahteraan sosial, dan kesejahteraan psikologis. Kesejahteraan fisik keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke atas lebih dominan dalam memperhatikan pada aspek sandang (memiliki pakaian yang layak dan cukup), kesehatan (pengobatan modern terhadap anggota keluarga yang sakit), pendidikan (anak usia sekolah mampu bersekolah di sekolah formal), dan perumahan (tinggal di rumah dengan luas ≥ 8 m2/orang).

Kesejahteraan sosial berhubungan dengan interaksi antara keluarga dengan tetangga/orang lain. Hubungan yang baik dapat dilihat dari keluarga yang sering dan merasa senang dalam membantu tetangga/orang lain. Kesejahteraan psikologis lebih dominan pada aspek pangan (kepuasan terhadap makanan yang dikonsumsi), sandang (kepuasan terhadap pakaian yang dimiliki), dan hubungan dengan keluarga sendiri (dapat menjaga perasaan anggota keluarga) serta tetangga (merasa telah menjadi warga masyarakat yang baik).

Manajemen sumberdaya manusia pada keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke atas dapat diukur berdasarkan karakteristik keluarga, seperti demografi, sosial, dan ekonomi.  Kesejahteraan keluarga dapat diukur berdasarkan indikator kesejahteraan fisik, kesejahteraan sosial, dan kesejahteraan psikologis. Keluarga menengah keatas cenderung memiliki manajemen sumberdaya manusia yang baik sehingga dapat mencapai kesejahteraan keluarga yang baik pula.

Oleh: Pascal Pribadi Akhmad Panatagama dan tim

Penulis adalah Mahasiswa IPB yang mengambil mata kuliah Manajemen Sumberdaya Keluarga

Dosen Pengampu : Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA dan Dr. Ir. Istaqlaliyah, M.Si dari Departmen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, IPB University

Diberdayakan oleh Blogger.